Pertama kali diadakan, Hult Prize at UNPAR, sebuah kompetisi bisnis yang dinaungi oleh Hult Business School dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah berhasil mendapatkan antusias yang tinggi dari mahasiswa UNPAR.
Program Hult Prize at UNPAR dimulai dengan kegiatan web seminar serta pelatihan-pelatihan yang diikuti dengan perlombaan bagi mahasiswa sarjana dan magister UNPAR. Hult Prize at UNPAR telah melaksanakan 6 program sejak akhir September 2020.
Baca Juga: Universitas Pertamina, Kolaborasi Industri Energi Ciptakan Inovasi
Tahun ini, Hult Prize mengangkat tema "Food for Good" yang dengan tema ini bertujuan untuk memperbaiki rantai dan kualitas makanan dalam keseharian manusia yang kini telah rusak karena kepentingan pasar. Untuk alasan itulah, generasi muda UNPAR dipercaya dapat turut berkontribusi dan memberi dampak positif bagi kondisi tersebut. Gegy Miola sebagai Campus Director Hult Prize at UNPAR menyampaikan, "There’s so much potential inside the young generation that we believe can be impactful as well as meaningful".
Berbagai rangkaian program telah diadakan oleh Hult Prize at Unpar, yaitu program pre event yang diadakan sejak bulan Agustus sampai Oktober seperti talk live show, road to Hult Prize 1.0, road to Hult Prize 2.0, serta diikuti dengan program main event berupa business idea competition. Kompetisi ini diawali dengan tahap preliminary, di mana para tim pendaftar lomba mengumpulkan esai yang berisi ide bisnis mereka yang dijurikan oleh Joe William Wartono (CPO Analyst Ruangguru), Cut Lakeisha S (brand strategist), dan Mohammad Arvinda (dosen UNPAR).
Setelah tahap preliminary, tersisa 10 tim kontestan yang berhasil masuk ke tahap berikutnya. Mereka berkesempatan untuk memperoleh pengetahuan baru melalui web seminar dan pelatihan untuk mempertajam pitching dan strategi pemasaran ide bisnisnya yang dinilai oleh Tracy Tardia (CEO dan co-founder HI Pajak), Christian Wibisono (founder CV PMAS), Frans Bona S (pemenang Hult Prize Global Case Challenge 2012), dan Dewi Kusuma (founder dan CEO Naked Press).
Dari 10 tim yang lolos akan disaring lagi menjadi 6 tim yang akan melakukan presentasi dalam babak final, lalu dalam babak final akan tersisa 3 tim. Perjalanan yang cukup panjang di Hult Prize at UNPAR tidak berakhir dengan sia-sia, Hult Prize at UNPAR berhasil menghasilkan tiga tim pemenang yang lolos babak final yang dijurikan oleh Triawan Munaf (Kepala Bekraf Indonesia), Gita Wirjawan (Eks Menteri Perdagangan Indonesia), Ivan Sadik (IKA UNPAR dan A2000), Sisca Soewitomo (Pakar Kuliner Indonesia), Arip Budiono (Dosen UNPAR), dan Tri Wahyudi (Direktur Utama Pusri).
Pada tanggal 5 Desember 2020 telah diselenggarakan Final Round of Hult Prize at UNPAR yang juga menandakan berakhirnya kegiatan Hult Prize at UNPAR. Final Round ini menyisihkan 3 tim pemenang dengan tim Werkudara sebagai juara 1 yang akan melanjutkan perjalanan mereka dalam kompetisi Hult Prize Regional. Beranggotakan 4 mahasiswa-mahasiswi UNPAR jurusan Menejemen dan Ilmu Hubungan Internasional: Marvel Tanara, Natasha Angela Halim, Jefferson Gunawan, dan Stefanny Heraldi, tim Werkudara mampu memukau para juri dengan inovasi-inovasi barunya.
Berangkat dari permasalahan yang kerap dihadapi oleh negara-negara berkembang, yaitu malnutrisi, tim Werkudara kemudian menghadirkan "TIMI" sebagai solusi. Timi merupakan bubur bayi instan yang murah dan memiliki kandungan nutrisi dan protein tinggi. Dengan menggunakan beberapa bahan dasar protein alternatif yang memiliki kandungan protein tinggi untuk memenuhi kebutuhan bayi dan anak-anak, TIMI dapat menjadi solusi bagi permasalahan malnutrisi yang ada di Indonesia, bahkan dunia.
TIMI sebagai bubur bayi berkualitas tinggi mampu menjadi solusi yang menghentikan siklus malnutrisi di Indonesia dan dunia. Harga yang terjangkau membuat TIMI menjadi kebutuhan seluruh kelas masyarakat di Indonesia terpenuhi.
Gegy Miola selaku Campus Director Hult Prize at UNPAR menyampaikan bahwa dengan waktu yang cukup singkat, Hult Prize at UNPAR berhasil memperlihatkan kemampuan dan ide berbisnis mahasiswa UNPAR yang dapat terus digali dan dikembangkan lebih lagi. Meskipun Hult Prize at UNPAR merupakan sebuah program baru di Universitas Katolik Parahyangan, antusias dari mahasiswa serta pihak-pihak yang berkolaborasi dapat membuktikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang menarik dan memiliki peluang untuk berkembang di UNPAR.
Hult Prize at UNPAR juga tidak akan mampu menutup kegiatan ini dengan berhasil tanpa adanya kolaborasi dari semua pihak, baik pihak eksternal maupun pihak internal. Pihak-pihak tersebut adalah Fiksioner, International Office UNPAD, Himpunan Jurusan Teknik Pangan UNPAD, Warta Ekonomi, dan seluruh Himpunan Mahasiswa UNPAR, serta dukungan dari pengusaha ternama Indonesia, yaitu Sandiaga Uno.
Hult Prize at UNPAR 2020 mengakhiri program dengan harapan bahwa di tahun 2021 dan seterusnya program ini dapat berjalan kembali.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: