Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Singgung 'Memori Kolektif' Rakyat, Fahri Hamzah: Jangan Takut, Pak Mahfud MD!

Singgung 'Memori Kolektif' Rakyat, Fahri Hamzah: Jangan Takut, Pak Mahfud MD! Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah, mengingatkan aparat dan pejabat negara untuk selalu berlaku transparan. Dia meyakini sepandai apa pun aparat dan pejabat bersembunyi, mereka akan ketahuan.

"Sering saya katakan: Negara adalah aquarium besar...para pejabat dan petugasnya adalah ikan2 dan biota laut yang berkeliaran..jangan coba2 sembunyi dari publik, dinding negara terbuat dari kaca. Setidaknya jika tidak demikian anggaplah demikian. Agar transparansi menjadi budaya," tulis Fahri lewat akun twitter @Fahrihamzah, Kamis (10/12/2020) malam.

Baca Juga: Sindir PKS, Fahri Hamzah: Selama Ini Kontrol di Kota Depok Konservatif dan Tertutup

Fahri memang tidak secara khusus menyebut apa yang dianggapnya disembunyikan. Namun, tak lama sebelumnya, Fahri menuliskan tentang keadaan yang makin rumit. "**Nampaknya tambah rumit kisanak!~Ada apa rupanya?**Hulubalang sakit gigi!~Pantesan!" cuit Fahri.

Dalam rangkaian cuitan beberapa jam sebelumnya, Fahri menyampaikan pendapatnya soal tewasnya enam anggota laskar FPI di tangan polisi dengan dalih diserang lebih dulu. Dia bahkan meminta Menkopolhukam untuk segera membentuk tim independen pencari fakta untuk menguak tabir misteri peristiwa yang disebut polisi terjadi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.

"Pak @mohmahfudmd ambil inisiatif pak. Sekarang itang minta ke bapak bukan pak @prabowo maka ambillah inisiatif. Ini waktu uji bagi bapak. Ambillah inisiatif. Jadilah jurubicara negara salam bidang @PolhukamRI yang terbaik. Jangan takut pak!" tulis Fahri.

Menurut Fahri, seharusnya pemerintah memang memberikan keterangan cepat dan tuntas melalui Menkopolhukam terkait kasus penembakan anggota FPI. Jangan sampai pemerintah menganggap situasi adem ayem dan yakin akan hilang dengan sendirinya dengan mendiamkan kejadian tersebut.

"Ini keliru, publik itu punya daya ingat semacam 'memori kolektif'. Kalau memori ini menumpuk tanpa klarifikasi, atau negara tak membuatnya terang, maka ia akan tersimpan sebagai trauma...," kata Fahri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: