Pasar properti di dalam negeri diproyeksikan rebound pada tahun depan seiring tren pemulihan ekonomi, dampak Covid-19 yang mulai melandai, serta pengembangan vaksin. Riset terbaru CLSA and CL Securities Taiwan, Co.Ltds bartajuk Indonesia Property Sector Outlook yang dipublikasikan pada 9 Desember 2020, menyebutkan bahwa pengembang Lippo Karawaci (LPKR) dan Ciputra Group, akan rebound dan secara kinerja akan semakin positif.
“Pencapaian pemasaran-penjualan yang solid di kuartal kedua 2020 telah menunjukkan bahwa permintaan properti, terutama rumah yang terjangkau bagi pengguna akhir, tetap ada dan kami perkirakan hal ini akan terus berlanjut di tahun 2021 dengan peluncuran produk baru yang lebih aktif di awal tahun,” tulis riset CLSA, dikutip Senin (14/12/2020). Baca Juga: Lippo Karawaci dan Sinar Mas Sapu Bersih Penghargaan Indonesian Property Award
Riset tersebut juga menjelaskan bahwa, terjadi pemulihan dari sisi pemasaran di semua pengembang dan mayoritas pengembang berharap pemasaran-penjualan pulih pada tahun 2021. Berdasarkan wawancara tim riset CLSA ke pengembang, mayoritas optimis bahwa penjualan akan kembali naik.
“Kami memperkirakan pertumbuhan 12% YoY dalam pemasaran-penjualan pada tahun 2021, setelah penurunan 3% YoY pada tahun 2020,” tulis riset tersebut.
Dari sisi bisnis mal, pada tahun depan diprediksi kunjungan akan mulai normal pada pertengahan tahun 2021 dan akan menguntungkan pengembang yang memiliki bisnis mall seperti Lippo Karawaci, Ciputra, maupun Pakuwon.
Riset juga menemukan bahwa pengembang masih menerapkan diskon sewa hingga 50% di mall akibat kunjungan masih sepi di tengah pandemi. Namun diskon itu akan secara perlahan dikurangi sebesar 10% setiap bulan. Riset menyebut, mal-mal di Surabaya secara umum memiliki pemulihan lalu lintas yang lebih baik, yaitu 70-75% dari kondisi sebelum Covid, sedangkan Jakarta sekitar 50%.
“Kami memperkirakan pendapatan tahunan berulang tumbuh 10% pada tahun 2021, bersama dengan pengurangan diskon sewa di mal sepanjang tahun,” tulis CLSA.
Hal lain yang menarik, CLSA menilai bahwa kebijakan omnibus law akan memberi dampak positif bagi pengembang property mengingat berbagai hambatan bisnis seperti perizinan yang berlapis semakin berkurang. Alhasil, pengembang seperti LPKR, juga diprediksi akan semakin mudah dalam mengembangkan bisnis sehingga kinerja dalam jangka Panjang semakin positif.
CLSA menyebut, sektor properti telah berada dalam tren pemulihan sejak pelonggaran pembatasan sosial skala besar pada bulan Juli. Permintaan terpusat dan pemulihan oleh pembeli pengguna akhir (dengan rumah tapak yang terjangkau di bawah Rp1 miliar dan Rp1-2 miliar) memicu peningkatan tajam pemasaran-penjualan di kuartal tiga 2020.
Pengembang seperti Lippo Karawaci, juga mengalami kenaikan permintaan secara signifikan dan berbagai proyek anyar selalu habis terjual.
Kenaikan penjualan seiring pelonggaran penerapan pembatasan sosial berskala besar. Dari agregat pengembang, pemasaran-pemasaran eks-Java tumbuh 375% QoQ, melampaui Jawa 63% pada 3Q20. Hal ini didukung oleh pemulihan prapenjualan di Sulawesi. Di Jawa, pemasaran-penjualan di Jakarta dan Jabodetabek tumbuh 60% QoQ dan memberikan kontribusi 75% dari total penjualan di 3Q20.
Analis Pasar Saham, Sukarno Alatas menyampaikan, kinerja positif yang diraih LPKR ditunjang oleh berbagai sentimen positif baik dari internal maupun eksternal. Antara lain, sentimen penurunan suku bunga dan ditambah lagi sentimen sebelumnya terkait omnibus law yang banyak diramal berbagai pihak akan menguntungkan sektor properti.
Ke depannya, ditegaskan Sukarno, sektor properti seperti LPKR berpeluang akan lebih baik nantinya seiring tren suku bunga turun dan optimisme pemulihan ekonomi. Apalagi, secara kinerja, LPKR masih cukup positif.
“Kemudian optimisme pemulihan ekonomi juga turut andil karena nanti di Januari vaksin sudah bisa didistribusikan secara bertahap," ucap Sukarno.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: