Anggap Prancis Gagal Tangani Kasus Kartun Nabi, Putin Sindir Keras Macron
Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya angkat bicara soal kemarahan dunia internasional terhadap penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh media satire Prancis Charlie Hebdo dan insiden pembunuhan guru sekolah Samuel Paty di Paris pada bulan Oktober lalu.
Putin mengatakan peristiwa yang baru-baru ini terjadi di Prancis sebagai bukti multikulturalisme di negara barat telah gagal. Barat, menurut Putin, gagal membuat keseimbangan yang baik antara kebebasan mengekspresikan diri dengan menghina perasaan kelompok lain.
Baca Juga: Jengkel Sama Pembuat Kartun Nabi, Sabda Putin: Menghina Perasaan Orang Beriman
"Di mana batas kebebasan yang satu dengan kebebasan yang lain?" tanya Presiden Putin saat konferensi pers akhir tahun dilansir Russian Today, Jumat (19/12/2020).
Putin mengingatkan di mana kebebasan seseorang dimulai, maka kebebasan orang lain harus diakhiri. Mereka yang bertindak sembarangan menghina hak dan perasaan orang beragama, harus selalu ingat akan ada reaksi balik yang tak terhindarkan.
"Tapi, di sisi lain, ini tidak boleh agresif," ujar Putin.
Pekan lalu, Putin menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memulai diskusi melalui organisasi internasional tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan mereka yang menghina kepercayaan orang-orang beragama, memicu kebencian dan konflik antaragama.
Para pejabat Rusia, terang Putin, sekarang tengah menyusun laporan tentang rencana mereka pada awal Maret tahun depan.
Komentar Putin muncul setelah tujuh pria asal Chechnya didakwa di Prancis atas dugaan keterlibatan mereka dalam pembunuhan dan pemenggalan guru sekolah Samuel Paty di Paris pada bulan Oktober.
Jaksa penuntut mengatakan Paty menjadi sasaran Abdullakh Anzorov (18) karena mempertunjukkan serangkaian kartun Nabi Muhammad di kelasnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memicu kontroversi di seluruh dunia Islam setelah insiden tersebut, karena memberikan penghormatan kepada Paty sebagai "pahlawan yang pendiam" dan "wajah Republik."
Sejumlah negara Muslim mengumumkan boikot produk Prancis, dengan beberapa demonstran turun ke jalan untuk membakar patung Macron sendiri.
Kepala Republik Chechnya yang mayoritas Muslim di Rusia, Ramzan Kadyrov, mengutuk serangan itu, tetapi mendesak orang-orang untuk tidak memprovokasi umat atau melukai perasaan religius mereka.
"Sementara itu, temukan kekuatan untuk mengakui bahwa Muslim memiliki hak untuk beragama, dan tidak ada yang akan mengambilnya," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: