Spyware Pegasus NSO Group Lagi-lagi Bikin Perkara, Ponsel-ponsel Jurnalis Kembali Disadap
Puluhan jurnalis di Al Jazeera Media Network menjadi sasaran oleh spyware canggih yang dijual oleh sebuah perusahaan Israel, dalam serangan yang kemungkinan besar terkait dengan pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Berdasarkan kutipan dari aljazeera.com, Senin (21/12/2020). Peneliti Citizen Lab di Universitas Toronto menerbitkan laporan pada hari Minggu 20 Desember 2020 yang merincikan, bagaimana spyware Pegasus NSO Group menginfeksi ponsel 36 jurnalis, produser, pembawa berita dan eksekutif di jaringan media yang berkantor pusat di Qatar.
Baca Juga: Peretas Nexus Mutual Minta Tebusan Puluhan Miliar
Pengawas keamanan siber mengaitkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya itu ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Dalam mengonfirmasi peretasan tersebut, seorang jurnalis investigasi Al Jazeera Arab, Tamer Almisshal mengatakan, penyelidikan diluncurkan setelah ancaman kematian diterima di telepon yang digunakan untuk menghubungi kementerian di UEA untuk mendapatkan sebuah berita.
"Mereka mengancam akan menjadikan saya Jamal Khashoggi baru," kata Almisshal dari Al Jazeera, mengacu pada ancaman pembunuhan yang diterima.
“Berdasarkan ini, kami menyerahkan telepon kepada Citizen Lab, yang menemukan bahwa telepon telah diretas oleh spyware bernama Pegasus, yang dikembangkan oleh NSO, sebuah perusahaan Israel,” kata Almisshal.
“Peretasan ini dilakukan dengan apa yang disebut teknik zero-click di mana mereka dapat mengakses kamera dan melacak perangkat. Mereka juga menemukan bahwa operator di UEA dan Arab Saudi berada di balik peretasan ini," tuturnya.
“Kami melacak spyware selama enam bulan dan menemukan bahwa setidaknya 36 staf Al Jazeera diretas. Mereka telah menggunakan sebagian konten yang mereka curi dari telepon untuk memeras jurnalis, dengan memposting foto-foto pribadi di internet, ”tambahnya.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memberlakukan boikot diplomatik, perdagangan dan perjalanan di Qatar pada Juni 2017, menuduh Doha mendukung "terorisme" dan memiliki hubungan dengan Iran yang dianggap terlalu dekat.
Negara-negara yang memboikot itu mengeluarkan 13 tuntutan termasuk melonggarkan hubungan dengan saingan regional mereka Iran, menutup pangkalan militer Turki di Qatar, dan menutup Jaringan Media Al Jazeera.
Qatar dengan keras menolak klaim tersebut dan berjanji untuk mempertahankan kebijakannya, menolak memenuhi tuntutan apa pun yang merusak kedaulatannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto