PT Pertamina (Persero) terus meningkatkan perannya menggerakkan perekonomian nasional dengan mengembangkan strategi memenuhi energi nasional secara berkelanjutan--mengurangi impor minyak dan gas.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, grand strategy energy nasional dikembangkan dari rencana pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2014 mengenai kebijakan energi nasional. Saat ini, posisi Indonesia masih berada di level 6,57 atau status Tahan.
“Ini menjadi tantangan bagaimana kita tingkatkan lagi posisinya menjadi Sangat Tahan. Inilah yang mendasari pemerintah untuk menyusun grand strategy energy nasional,” kata Nicke dalam keterangan pers, Rabu (23/12/2020).
Baca Juga: Sehari Jelang Natal, Harga 2 Ukuran Emas Antam Ini Meroket, Sampai Jutaan Rupiah??
Baca Juga: Kaleidoskop 2020: Deretan Kasus yang Polda Metro Jaya Sorot, dari John Kei hingga Rizieq
Lebih lanjut, Nicke menuturkan, dengan visi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, maka tantangannya adalah meningkatkan produksi migas, menurunkan impor baik minyak maupun LPG, serta membangun infrastruktur baik untuk migas maupun ketenagalistrikan. Dari ketiga hal tersebut, pemerintah menyusun 11 program yang sebagian besar bertujuan menurunkan impor dan memaksimalkan pengolahan sumber daya alam yang banyak dimiliki oleh Indonesia.
Sebagai BUMN di sektor Energi, Pertamina mendapat tanggung jawab menjalankan program tersebut dengan berupaya meningkatkan produksi minyak 1 juta bopd dan akuisisi lapangan minyak luar negeri untuk kebutuhan kilang. Amanah ini harus dijalankan mengingat saat ini kontribusi sektor hulu Pertamina tercatat sebesar 40% sedangkan di tahun depan akan mencapai 60% sehingga akan sangat dominan.
“Dengan peran sebagai BUMN untuk mendorong pertumbuhan energi nasional, maka investasi Pertamina ke depan tentu akan disesuaikan dengan grand strategy energi pemerintah ke depan. Kalau kita bicara tentang hulu energi, 60% investasi akan dilakukan di hulu energi,” tutur Nicke.
Dia menuturkan, Pertamina juga meningkatkan kapasitas kilang dalam rangka optimalisasi produk BBM dan memperbaiki kualitas BBM dan Naptha. Untuk mengantisipasi penurunan permintaan terhadap BBM, Pertamina mengintegrasikan kilang petrochemical, mengingat saat ini produk tersebut masih diimpor hingga 70%.
Lalu, dalam rangka menjawab era transisi energi, Pertamina akan mempercepat pemanfaatan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan meningkatkan produksi Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel atau biohidrokarbon.
Menurut Nicke, transformasi energi ke depan bakal ke arah new and renewable energy. Sesuai arahan pemerintah, biodiesel merupakan salah satu yang akan terus dikembangkan Pertamina ke depan sehingga perusahaan ini bisa mengoptimalkan kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia.
“Selain harus melakukan eksplorasi dari sisi migas, kita juga akan meningkatkan kontribusi dari bioenergi. Setelah Biodiesel (B30) dan tahun depan akan masuk ke B40, Pertamina juga akan masuk ke Biogasoline yang kebutuhannya cukup tinggi,” tuturnya.
Dari sisi gas, lanjut Nicke, Pertamina juga akan mengembangkan gasifikasi dari energi batu bara yang melimpah menjadi Dimethyl Ether (DME) sehingga dapat mengkonversi LPG. Selain itu, Pertamina terus membangun dan menambah jaringan gas rumah tangga hingga mencapai 3 juta pelanggan.
Dengan demikian, masyarakat punya pilihan antara LPG, DME, Jargas, atau kompor listrik. Hal ini yang nantinya akan membuat perekonomian Indonesia lebih berputar.
Nicke menekankan, secara garis besar Pertamina akan masuk ke pengembangan bisnis dan produk-produk baru untuk mengisi gap yang ada, sehingga bisa menurunkan impor migas yang selama ini terjadi. Selain itu, Pertamina juga menjalankan program mandatori terkait subsidi energi, seperti BBM Satu Harga di 243 titik wilayah 3T atau tertinggal, terdepan, dan terluar.
Adapun untuk pemerataan akses produk nonsubsidi, Pertamina telah menyiapkan Pertashop di di 2.192 titik di seluruh Indonesia. Program mini outlet ini melibatkan UMKM yang bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan UMKM, serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
“Kita harapkan menjadi driver perekonomian daerah. Satu komitmen kami, meskipun dalam kondisi pandemi, semua aktivitas usaha, semua asset Pertamina tetap dioperasikan, karena yang masuk dalam ekosistem Pertamina ini ada 1,2 juta tenaga kerja jadi sangat besar. Oleh karenanya, motor penggerak ini tidak boleh terhenti. Jadi, ada misi perusahaan untuk menjaga motor tetap bergerak agar dapat terus menyerap tenaga kerja dan mendorong industri nasional untuk tumbuh,” kata Nicke.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Tanayastri Dini Isna