Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menuju 2021, Investor Persiapkan Alokasi Portofolio Investasi, Simak di Sini!

Menuju 2021, Investor Persiapkan Alokasi Portofolio Investasi, Simak di Sini! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Akhir tahun tinggal hitungan jari, para investor di Pasar Modal Indonesia tentunya merasakan tantangan yang luar biasa di tahun 2020. Banyak yang hasil investasinya tidak sesuai dengan target di awal tahun.

Meskipun tentu ada juga yang tetap mendapatkan peluang-peluang di tengah situasi Pandemi Covid-19 yang penuh perjuangan. Baik para investor lama maupun pemula, saatnya mempersiapkan alokasi portofolio investasi di tahun 2021.

Baca Juga: Catat Yah! FBS Copy Trade Peluang Investasi Baru

Tim Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Kepala Kantor BEI Wilayah Sumatera Utara, Pintor  Nasution mengatakan dalam menyusun portofolio dilakukan yang pertama, cek kembali karakter investasi berdasarkan toleransi yang kita miliki. Ada tiga tipe investor, konservatif, moderat, dan agresif. 

"Jika Anda konservatif, maka kurang lebih antara 50 – 70% ditempatkan pada instumen pendapatan tetap yakni surat utang, atau reksadana pendapatan tetap dan sisanya dibagi tiga, antara instrumen atau reksadana pasar uang, campuran dan saham. Jika Anda seorang investor yang moderat, maka komposisinya menjadi berimbang, 50% pada instrumen pendapatan tetap atau reksadana pendapatan tetap, dan 50% pada instrumen saham atau reksadana saham," katanya di Medan, Sumatera Utara dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat (25/12/2020).

Kedua, lakukan diversifikasi investasi. Artinya, setelah menetapkan persentase alokasi ke masing-masing jenis instrumen, jangan memilih satu saham atau satu surat utang. Makin banyak saham atau surat utang yang dibeli makin aman dari risiko. 

"Ketiga, horizon investasi akan mempengaruhi hasil investasi di pasar modal. Semakin panjang jangka waktu berinvestasi, semakin kecil risiko investasi, dan semakin besar peluang menghasilkan return yang tinggi,"ujarnya.

Keempat, pelajari kinerja fundamental setiap saham dan obligasi yang akan dibeli. Meski harga saham sedang rendah, jika riwayat kinerja keuangan sebelum masa krisis baik, maka potensi perusahaan untuk kembali membaik akan besar. 

"Investor juga perlu untuk mengamati sektor usaha dari perusahaan yang saham atau obligasinya hendak dibeli. Dengan mempelajari karakter sektor usaha tersebut, investor akan bisa memprediksi perkembangan perusahaan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: