Perkuat Kebijakan Iklim Melalui Pemulihan Gambut dan Mangrove BRG Jadi BRGM
Kegiatan revitalisasi ekonomi menyertai upaya penyelamatan gambut. Sekitar 2.295 kelompok masyarakat (Pokmas) dengan sekitar 118.576 orang terlibat dalam kegiatan padat karya di lahan gambut. Dilakukan pula berbagai upaya lain terkait pemanfaatan sains dan teknologi dalam pemantauan dan pemetaan.
“Kami merasakan kegiatan restorasi gambut ini banyak memberi manfaat bagi masyarakat. Kebakaran sudah berkurang. Yang paling bangga, kegiatan ekonomi di desa kami juga difasilitasi BRG. Kami bersyukur Presiden memperpanjang masa kerja BRG,” ujar Yanto L. Adam, Kepala Desa Gohong di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Melihat tantangan dan tugas baru ini, Direktur Wetlands International Indonesia, Nyoman Suryadiputra mengatakan BRGM perlu mengacu pada komitmen pemerintah dalam penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) dalam mengelola ekosistem gambut dan mangrove.
“Karena ekosistem ini kaya karbon dan berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” kata Nyoman.
Selain itu, tambah Nyoman, pengelolaan ekosistem gambut dan mangrove merupakan pekerjaan lintas sektoral yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat dan swasta. BRGM, usul Nyoman, perlu menciptakan lokasi percontohan atau demo plot terkait restorasi gambut dan mangrove di provinsi prioritas.
Baik ekosistem gambut dan mangrove sama-sama menjadi penyerap dan penyimpan karbon yang baik. Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) mengatakan bahwa mangrove di Indonesia mampu menyimpan 3,14 miliar ton karbon atau sepertiga dari karbon dalam ekosistem pesisir dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: