Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bio Farma Raih Sertifikat CPOB sebagai Legalitas Produksi Vaksin Covid-19

Bio Farma Raih Sertifikat CPOB sebagai Legalitas Produksi Vaksin Covid-19 Kredit Foto: Bio Farma
Warta Ekonomi, Jakarta -

Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi, PT Bio Farma (Persero), secara resmi memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB merupakan Good Manufacturing Practice (GMP), di mana fasilitas produksi Bio Farma layak untuk memproduksi vaksin Covid-19.

Penyerahan sertifikat itu dilakukan dalam pertemuan yang dihadiri oleh tim pengadaan vaksin dan vaksinasi yang terdiri dari Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Wakil Menteri 1 BUMN, Dirut Bio Farma Honesti Basyir, dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi.

Baca Juga: Indonesia Siap Beli 50 Juta Dosis Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca & Novavax

"Dalam pertemuan hari ini, kita juga saksikan penyerahan sertifikat CPOB atau GMP yang artinya fasilitas produksi Bio Farma layak untuk memproduksi vaksin Covid-19," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Rabu (30/12/2020).

Retno mengatakan, tanpa sertifikasi CPOB atau GMP ini, Bio Farma tidak dapat memproduksi vaksin Covid-19. Penyerahan sertifikat itu sendiri didasari atas kapasitas dan kapabilitas Bio Farma yang sudah diakui dunia.

"Sebagaimana kita ketahui, kualitas dan kapasitas Bio Farma juga telah diakui oleh CEPI, dalam due diligence yang dilakukan pada 15 September 2020 dengan hasil yang baik," katanya.

Dalam pertemuan itu, Menlu mengatakan, Indonesia berhasil mengamankan supply vaksin dari AstraZeneca dan Novavax yang masing-masing sebesar 50 juta dosis.

Selain itu, pada kamis 31 Desember 2020, pemerintah juga akan memperoleh 1,8 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac, China. Dengan demikian, sudah 3 juta vaksin Sinovac berada di Indonesia.

"Dari track multilateral diplomasi, kita terus bekerja berkomunikasi dan berkoordinasi dengan WHO, GAVI, dan lain-lain dalam rangka mengamankan akses vaksin melalui mekanisme COVAX-AMC (Advance Market Commitment) dengan perkiraan perolehan adalah 3-20 persen jumlah penduduk. Kita terus akan kawal proses ini," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: