Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pendiri Telegram Nyinyir Kebijakan Baru WhatsApp, Pamer Jumlah Pengguna Baru

Pendiri Telegram Nyinyir Kebijakan Baru WhatsApp, Pamer Jumlah Pengguna Baru Kredit Foto: Instagram/durov
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendiri Telegram, Pavel Durov mengecam kebijakan baru WhatsApp yang harus berbagi data dengan Facebook. Menurut Durov, hal itu tidak menghormati penggunanya. Meski demikian, setelah permasalaha ini, Telegram dan Signal mengalami lonjakan popularitias.

"Saya mendengar Facebook memiliki seluruh departemen yang dikhususkan untuk mencari tahu mengapa Telegram begitu populer. Bayangkan lusinan karyawan yang bekerja penuh waktu itu," kata Durov dalam sebuah posting di saluran Telegramnya.

"Saya senang menyelamatkan Facebook puluhan juta dolar dan memberikan rahasia kami secara gratis: hormati pengguna Anda," katanya yang dikutip dari Money Control di Jakarta, Senin (11/1/21).

Baca Juga: Whatsapp Banyak Mau, Netizen Pertimbangkan 'Selingkuh' ke Telegram

Dalam dua hari ini, Telegram melihat hampir 2,2 juta unduhan baru. Durov mengatakan Telegram memiliki sekitar 500 juta pengguna, dan hal itu telah menjadi 'masalah besar' bagi WhatsApp.Dia juga menuduh WhatsApp melakukan pemasaran rahasia.

"Editor Wikipedia baru-baru ini mengungkap beberapa bot berbayar yang menambahkan informasi bias ke dalam artikel WhatsApp Wikipedia." ujar Durov.

Durov yang berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa Telegram bahkan tidak memiliki server atau kantor di negara kampung halamannya lantaran telah diblokir sejak 2018. Dia juga mengatakan Telegram tidak menghabiskan uang untuk iklan, tidak seperti Facebook.

Sebagaimana diketahui, WhatsApp memiliki kebijakan baru yakni WhatsApp memproses data pengguna, bisnisĀ  menggunakan layanan yang dihosting Facebook untuk menyimpan dan mengelola isi percakapan. Dan WhatsApp akan bermitra dengan Facebook untuk menawarkan integrasi yang lebih dalam di produk-produk mereka.

Hal itu membuat banyak pengguna kecewa dan mengancam akan pindah ke layanan pesan instan lainnya, salah satunya Telegram.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: