Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Demokrat, PKS, PAN: Peran Oposisinya Wujuduhu Ka'adamihi

Demokrat, PKS, PAN: Peran Oposisinya Wujuduhu Ka'adamihi Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab, menilai peran oposisi terkesan seperti pepatah Arab: wujuduhu ka'adamihi yang artinya 'keberadaannya seperti tidak ada'. Hal itu merujuk kepada kinerja partai politik oposisi yang dinilai kurang greget dan berenergi sebagai penyeimbang kekuasaan.

"Harus diakui partai oposisi tidak bertaring, kurang greget, dan terkesan seperti wujuduhu ka'adamihi (keberadaannya seperti tidak ada)," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021).

Baca Juga: Pilpres 2024 PKS Akan Calonkan Kader Internal

Analis politik asal UIN Jakarta itu mengatakan, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang seharusnya berperan sebagai oposisi tidak mampu merepresentasikan itu karena kondisi masing-masing.

"Praktis setelah Gerindra berhasil direkrut pemerintah, tak ada lagi oposisi yang lantang, menggetarkan, menggoyang, dan menimbulkan efek waspada bagi kekuasaan," kata Fadhli.

Menurutnya, oposisi seperti bergerak pada wilayah abu-abu. Di satu sisi ingin beroposisi, tetapi sisi lain ingin mendapatkan keuntungan politik kekuasaan. PKS yang sedari awal menyatakan sebagai oposisi juga terkesan pragmatis karena seperti memilih-milah isu. Kecenderungan ini juga dilakukan Demokrat dan PAN.

Akhirnya, Fadhli menilai secara umum bahwa tak ada parpol oposisi yang patut diperhitungkan oleh kekuasaan. Padahal, baik Demokrat, PKS, maupun PAN dalam pemetaan politik hari ini telah dipersepsikan masyarakat sebagai kekuatan oposisi.

"Justru, saya melihat yang memerankan sebagai oposisi murni itu berada di luar kekuasaan atau gerakan ekstra parlementer dan civil society," tuturnya.

Di sisi lain, parpol oposisi seperti hanya mendompleng gerakan-gerakan ini biar terlihat eksistensinya oleh publik. Padahal, faktanya tidak demikian.

"Buktinya yang ditangkap karena bersikap lantang terhadap kekuasaan para aktivis kampus, buruh, ormas dan LSM, politisi anteng-anteng aja," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: