Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jawab Tudingan yang Nggak-Nggak, Pakar: Penerbangan Indonesia Termasuk yang Terbaik di Dunia

Jawab Tudingan yang Nggak-Nggak, Pakar: Penerbangan Indonesia Termasuk yang Terbaik di Dunia Pesawat Garuda Indonesia | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat penerbangan Alvin Lie, menegaskan bahwa sektor penerbangan di Indonesia saat ini termasuk yang terbaik di dunia, meski belakangan terjadi kecelakaan, termasuk jatuhnya Sriwijaya Air SJ182.

Sementara itu, pernyataan ini disampaikan terkait pemberitaan nasional dan luar negeri yang menyebut kecelakaan transportasi udara di Tanah Air menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara paling berbahaya. Baca Juga: Dengar Baik-Baik Ya! Berani Sebar Hoaks Sriwijaya Air, Siap-Siap, Penjara Menanti..

"Kita ini bahkan masuk lima atau enam besar terbaik di dunia," katanya, dalam rekaman wawancara televisi, Senin malam (11/1/2020).

Ia menjelaskan bahwa industri penerbangan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sudah menyediakan layanan yang sesuai dengan standar dunia. Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Doakan Evakuasi Sriwijaya Air SJ 182 Berjalan Lancar

Terbukti, pada 2018, Uni Eropa telah kembali mengizinkan pesawat berbendera Indonesia untuk terbang ke negara-negara anggotanya.

Lanjutnya, pada 2016, otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA) telah menaikkan rangking keamanan penerbangan Indonesia ke Category I, level yang paling tinggi.

"Pada 2016 pemerintah sudah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hal tersebut. Pertama regulasi diperbaiki. Kedua organisasi regulator diperbaiki. Ketiga SDM regulator, baik kuantitas maupun kualitas diperbaiki. Keempat infratruktur diperbaiki. Kelima tata pelayanan navigasi penerbangan diperbaiki," tegasnya.

Sebelumnya, dua media asing terkemuka, Bloomberg dan Reuters mengatakan bahwa Indonesia adalah tempat paling berbahaya untuk terbang karena catatan kecelakaan udara yang tinggi.

Menurut Alvin, statistik dalam laporan tersebut tidak tepat karena mencampurkan data kecelakaan pesawat penumpang dengan kecelakaan pesawat militer. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: