Katanya Bu Susi Terancam Bangkrut, Karena Berhari-hari Ngurusin Abu Janda? Tanya DS
Pegiat media sosial Denny Siregar, mengungkit kondisi perusahaan mantan Menteri Kelautan Susi Pudjiastutui, yang terpantau beberapa akhir ini dianggap sibuk lantaran mengurusi persoalan Abu Janda.
Diketahui, Abu Janda resmi dipolisikan oleh Ketua KNPI Haris, terkait dugaan ujaran kebencian ‘Islam Arogan’ dan juga dugaan rasisme ke Natalius Pigai. Baca Juga: Puji Jokowi, SBY Kena Senggol Denny Lagi: Gimana Pak, Tuhan Sudah Mulai Suka?
"Apa mungkin karena situasi ini, jadi bu Susi punya waktu berhari2 hanya untuk sekedar urusi Abu Janda ya?" Sindirnya dalam akun Twitternya, seperti dilihat, Senin (1/2/2021).
Diketahui sebellumnya, Mantan Menteri KKP tersebut diberitakan sedang terancam bangkrut bila pandemi virus corona tak segera bisa ditangani. Baca Juga: Ustaz Maaher Cepat Ditangkap, Apa Kabar Kasus Denny Siregar, Ade Armando, dan Abu Janda?
Dilansir, Tribunnews.com, pemilik maskapai penerbangan Sus i Air itu mengaku kini pendapatannya tinggal 5 persen saja. Sementara, 95 persen pendapatannya sudah hilang, karena sepinya pemasukan.
Menurut Susi, bisnis yang digelutinya termasuk yang cukup parah terimbas wabah virus corona (Covid-19).
"Sekarang ya cuma (bisnis) transportasi Susi Air saja. Sejak bulan Maret kita sudah 95 persen, mid of March (pertengahan Maret), airport-airport (bandara-bandara) sudah tutup."
"Di Papua tutup, jadi kita sekarang tinggal 5 persen saja penerbangan kita, mungkin minggu depan makin berkurang. Pendapatan kita tinggal lima persen dari 100 persen," ujar Susi saat menghadiri acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (21/4/2020) malam.
Bahkan, ia mengaku mengalami kerugian mencapai angka Rp30 miliar per bulan. "Kalau kita tidak melakukan efisiensi, restructuring organisasi, pengurangan karyawan, meng-upgrade pilot ya tentunya bisa Rp20 sampai 30 miliar per bulan, bisa lebih," papar Susi.
"Belum lagi bunga bank, dan cicilan bank, mau tidak mau ya kita harus mengurangi kita apa yang bisa kita bisa efisienkan, untuk sementara menahan napas," lanjutnya.
"Sebagian ada yang kita rumahkan, sebagian ada yang kita kurangi salary-nya (gaji), tutup beberapa cabang. Ya ada (PHK), ya harus mau tidak mau," imbuh Susi.
"Kalau tanpa insentif penundaan-penundaan, dan tambahan modal ya tidak mungkin ya kita harus pailitkan dalam waktu dekat."
"Itu konsekuensi yang sebetulnya tidak kita inginkan," katanya lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: