Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkop UKM: Tahun Ini Situasi Ekonomi Belum Normal

Menkop UKM: Tahun Ini Situasi Ekonomi Belum Normal Warga bersiap menyeberang Jalan Jenderal Sudirman di Jakarta, Kamis (17/12/2020). Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 dari minus 1,6 persen menjadi 2,2 persen imbas dari diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seiring terus meningkatnya jumlah kasus COVID-19. | Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa situasi ekonomi di tahun 2021 belum normal. Walaupun Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa pulih 50%.

“Tahun ini kami memprediksi situasi ekonomi belum normal, meskipun Pemerintah tahun ini sudah mematok pertumbuhan kembali di 50 persen,” kata Teten Masduki dalam Bincang Editor ‘Strategi UMKM Bangkit’, Senin (1/2/2021).

Baca Juga: Kasus Covid-19 Makin Buruk, Pergerakan Ekonomi Indonesia Akan Melambat

Teten mengatakan perekonomian Indonesia bisa kembali pulih, jika proses vaksinasi berjalan dengan baik dan cepat. Maka kepercayaan market dan masyarakat akan kembali pulih termasuk untuk UMKM. Di mana UMKM di masa pandemi covid-19 terdampak cukup dalam, bahkan sampai ada yang gulung tikar.

Namun Pemerintah terus berupaya memberikan berbagai stimulus ekonomi, dengan mengadakan program pemulihan ekonomi nasional. Misalnya Bantuan Presiden Produktif untuk usaha mikro sebesar Rp 2,4 juta, subsidi KUR, dan lainnya.

Alhamdulillah beberapa UMKM bisa bertahan dan saya kira ini suatu hal yang baik. Di satu sisi kita juga ada seleksi alam dimana ada UMKM yang bisa bertahan dan ini menjadi modal untuk mengembangkan mereka di masa mendatang,” katanya.

Menkop UKM menuturkan bahwa pemerintah akan melanjutkan program pemulihan ekonomi nasional, khususnya untuk UMKM. Melalui Kementerian Koperasi dan UKM, program yang dilanjutkan ada 3 program, yakni program perlindungan bagi UMKM; kedua, pendampingan untuk melakukan adaptasi dan inovasi sesuai dengan market yang baru.

“Ketiga, kita mencoba dari sisi demand-nya, karena daya beli masyarakat saat ini turun lantaran banyak yang kehilangan pendapatan sehingga daya beli turun. Padahal sebelum covid-19 daya beli rumah tangga kita sangat baik bahkan menjadi penggerak ekonomi nasional 57 persen,” tutur Teten.

Teten menegaskan pihaknya akan terus memperkuat dan mengefektifkan program belanja Pemerintah baik belanja Kementerian dan Lembaga, serta mendorong gerakan belanja masyarakat agar mereka bisa mendukung dan mengkonsumsi produk-produk UMKM.   

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: