Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

India Turunkan Pajak Impor CPO, Ini yang Akan Terjadi

India Turunkan Pajak Impor CPO, Ini yang Akan Terjadi Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit usai dipanen di Tebo Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor minyak sawit dan turunannya pada Juli 2020 meningkat 15 persen atau mengalami kenaikan sebesar 244 juta dolar AS, menjadi 1,86 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hingga pertengahan 2020, India tercatat menjadi pengimpor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya terbesar asal Indonesia. Namun, India juga merupakan salah satu negara yang beberapa kali melakukan perubahan terhadap kebijakan tarif impor CPO dan produk turunannya.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman sebagaimana dikutip dari The Sundaily, Selasa (2/2/2021). Sitharaman mengatakan bahwa India memotong pajak dasar impor minyak sawit mentah dari 27,5 persen menjadi menjadi 15 persen, tetapi juga memberlakukan 17,5 persen pajak tambahan terpisah.

Baca Juga: DJBC Riau: CPO Pendorong Tingginya Penerimaan Negara dari Pajak dan Cukai

Sitharaman mengatakan, penambahan pajak atas impor minyak sawit ini dilakukan karena India mencoba membangun infrastruktur pertanian dalam negeri dan mendorong sumber daya di India.

"Pajak itu akan menyediakan sumber daya untuk kebutuhan mendesak untuk meningkatkan infrastruktur pertanian," ungkap Sitharaman.

Lebih lanjut dia mengatakan, kenaikan pajak akan mempersempit kesenjangan bea antara minyak sawit dan minyak nabati lainnya sehingga akan mengurangi impor minyak sawit India dan berpotensi menekan harga minyak sawit Malaysia.

Direktur Eksekutif dari Solvent Extractors Association, badan perdagangan yang berbasis di Mumbai, B.V. Mehta, menyebut bahwa bea impor minyak sawit mentah akan secara efektif menarik pajak 35,75 persen dibandingkan sebelumnya yang sebesar 30,25 persen.

"Dengan kenaikan bea masuk hari ini, kelapa sawit telah kehilangan keuntungan besar yang tidak semestinya dibandingkan minyak kedelai dan bunga matahari. Ini akan membantu dalam menahan impor minyak sawit," kata Mehta.

Selain menaikkan pajak, India memberlakukan 20 persen penghentian impor kedelai mentah dan minyak kedelai, tetapi juga memotong bea masuk dasar untuk kedua komoditas tersebut menjadi 15 persen dari 35 persen. Secara efektif menjaga pajak impor tidak berubah, kata Sitharaman.

Impor CPO India naik sejak Desember 2020 setelah negara itu memotong pajak impor minyaknya dari sebelumnya 27,5 persen pada akhir November. India membeli minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia, sedangkan minyak lainnya termasuk minyak kedelai dan minyak bunga matahari berasal dari Argentina, Brazil, Ukraina, dan Rusia.

Presiden Asosiasi Produsen Minyak Nabati India, Sudhakar Desai, mengatakan, pajak impor CPO sebelumnya sebesar 8,25 persen lebih rendah dibandingkan bunga matahari dan kedelai. "Sekarang perbedaan itu telah berkurang menjadi hanya 2,75 persen," paparnya.

Pabrik penyulingan telah membeli minyak sawit untuk pengiriman Februari. Namun, mereka dapat memangkas pembelian untuk pengiriman Maret, sebut seorang dealer yang berbasis di Mumbai.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: