Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inovasi Bensin Sawit sebagai Sejarah Baru Indonesia

Inovasi Bensin Sawit sebagai Sejarah Baru Indonesia Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit usai dipanen di Tebo Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor minyak sawit dan turunannya pada Juli 2020 meningkat 15 persen atau mengalami kenaikan sebesar 244 juta dolar AS, menjadi 1,86 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia, Sahat Sinaga, menuturkan, lahirnya katalis merah putih yang dikembangkan Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan potensi besar bagi pabrik sawit petani. Ia menyarankan supaya pabrik petani menghasilkan minyak sawit jenis Industrial Vegetable Oil (IVO).

IVO merupakan hasil pengolahan buah kelapa sawit dengan kadar asam lemak bebas atau free fatty acid yang masih tinggi yang direncanakan akan diproduksi di kilang biohidrokarbon. IVO berpotensi diolah menjadi bahan baku bensin super dengan kadar Oktan 110 dan disebut juga bisa jadi avtur.

Baca Juga: Sawit Luar Biasa! Minyak Jelantah Saja Bisa Jadi Bahan Baku Energi Ramah Lingkungan

Benefit lain IVO adalah traga oil mill yang lebih efisien, biaya produksi rendah, serta rute produksi yang lebih pendek. Selain itu, harga TBS juga bakal lebih tinggi lantaran biaya pengolahan TBS di pabrik biohidrokarbon itu lebih murah daripada di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) konvensional.

"Kalau misalnya di PKS konvensional biaya olah TBS Rp153 per kilogram, di kilang biohidrokarbon hanya sekitar Rp95-Rp110 per kilogram," kata Sahat Sinaga seperti dilansir dari Gatra.com.

Senada dengan hal ini, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung, mengatakan bahwa inovasi bensin super ini akan menjadi sejarah baru dalam energi terbarukan dunia yang ditorehkan Indonesia. Lebih lanjut Tungkot mengatakan, dalam pengolahannya, IVO berbeda dengan CPO yang menuntut TBS tidak boleh memiliki kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di atas 3 persen.

"IVO ini justru tidak mempersoalkan berapapun ALB-nya. Makin matang buah, makin besar kandungan minyaknya, justru makin bagus untuk bensin sawit," katanya. Hal ini dapat menjadi keuntungan besar bagi petani yang selama ini menanggung beban biaya angkut TBS yang besar ke PKS, risiko mutu TBS rendah (ALB lebih dari 3 persen), dan menghadapi broker TBS.

"Pabrik-pabrik IVO secara bertahap akan terbangun di setiap daerah sentra sawit dan setiap pabrik IVO terhubung langsung dengan depo-depo Pertamina di setiap provinsi. Dengan model seperti ini, konsumen BBM diuntungkan lantaran adanya penghematan biaya angkut pengadaan maupun distribusi BBM," ungkap Tungkot seperti dilansir dari Gatra.com.

Tungkot mengatakan, pilot project IVO yang berujung pada kilang biohidrokarbon ini sudah dibuat sejak dua tahun lalu dan sebentar lagi akan diresmikan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Pabrik katalis merah putih yang mengubah minyak sawit menjadi bensin sawit sedang dibangun di Cikampek, Jawa Barat.

"Secara keseluruhan, semua sudah on the right track menuju era bensin sawit," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: