- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Sawit Luar Biasa! Minyak Jelantah Saja Bisa Jadi Bahan Baku Energi Ramah Lingkungan
Sebagai salah satu dari Sembilan Bahan Pokok (Sembako), minyak goreng sawit tentunya sudah sangat populer dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Penggunaan minyak goreng sawit yang hampir setiap harinya akan menghasilkan limbah berupa minyak jelantah (used cooking oil/UCO).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh International Council on Clean Transportation (ICCT), diketahui bahwa potensi minyak jelantah di Indonesia mencapai 1,64 miliar liter per tahun.
Baca Juga: Sumatera Selatan Panen Hasil Replanting Kebun Sawit dan Produksi IVO
"Mengingat besarnya volume limbah minyak jelantah dan potensi bahaya, diperlukan penanganan serius untuk mencegah masuknya kembali limbah tersebut ke pasar sebagai minyak curah. Pemerintah Indonesia seharusnya membentuk sistem pengumpulan minyak jelantah yang tersentralisasi baik di tingkat regional maupun nasional," seperti dilansir dari laman Palm Oil Indonesia.
Kajian awal TNP2K dan Traction Energy Asia menunjukkan, dari konsumsi minyak goreng sawit nasional pada tahun 2019 yang mencapai 16,2 juta kiloliter, potensi minyak jelantah yang dihasilkan berada di kisaran 6,46–9,72 juta kiloliter. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 3 juta kiloliter minyak jelantah yang dapat dikumpulkan. Sangat disayangkan karena limbah tersebut menyimpan berbagai potensi produk yang bernilai ekonomi tinggi, salah satunya sumber alternatif renewable energy yang juga ramah lingkungan berupa biodiesel.
Dalam laman Palm Oil Indonesia dituliskan, "Minyak jelantah memiliki kandungan asam palmitat dan oleat yang cukup tinggi dengan persentase masing-masing sebesar 32–47 persen dan 38–56 persen persen. Kedua kandungan tersebut menjadikan minyak jelantah cocok untuk dijadikan feedstock biodiesel dengan mengubahnya menjadi ester melalui proses esterifikasi."
Bukan hanya omongan semata, pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel sudah dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Meksiko, Australia, New Zealand, dan negara lainnya. Bahkan, minyak jelantah merupakan feedstock kedua terbanyak yang digunakan oleh industri biodiesel Uni Eropa (setelah minyak rapa) sebagai bahan baku biodiesel, dengan peningkatan volume penggunaan yang cukup signifikan, yakni dari 690 ribu ton tahun 2011 menjadi 2,79 juta ton tahun 2020.
Di Indonesia, sudah ada beberapa pihak swasta yang memproduksi biodiesel dari minyak jelantah seperti Yayasan Lengis Hijau, GenOil, dan Artha Metro Oil serta beberapa perusahaan multinasional seperti Cargill, Adaro, Aqua, dan Unilever.
"Hal ini menunjukkan bahwa bisnis di bidang ini cukup menjanjikan untuk menghasilkan potensi cuan yang besar. Harga Indeks Produksi (HIP) minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel lebih murah dibandingkan dengan HIP minyak sawit sehingga produsen dapat menikmati profit yang lebih besar dari pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel," seperti dilansir dari laman Palm Oil Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: