Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pekan I di Februari 2021, Harga CPO Tetap Bersemi

Pekan I di Februari 2021, Harga CPO Tetap Bersemi Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit usai dipanen di Tebo Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor minyak sawit dan turunannya pada Juli 2020 meningkat 15 persen atau mengalami kenaikan sebesar 244 juta dolar AS, menjadi 1,86 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melewati pekan I Februari-2021, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat sebesar 37,2 persen menjadi US$1.063 per MT (atau sekitar Rp14.988.300 per MT) dibandingkan periode yang sama secara y-o-y.

Jika dibandingkan pekan lalu, average price yang tercatat tersebut menguat 4 persen dari yang sebelumnya sebesar US$1.023 per MT (atau sekitar Rp14.424.300 per MT). Meskipun penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga rata-rata CPO tersebut berhasil mencetak harga tertinggi dibandingkan sebelum serangan masif Covid-19 di Indonesia. Tidak hanya itu, harga CPO saat ini juga membawa harapan baru untuk harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.

Baca Juga: India Turunkan Pajak Impor CPO, Ini yang Akan Terjadi

Harga minyak nabati memang terus mengalami peningkatan sebagaimana yang dilaporkan Organisasi Pangan dan Pertanian Global (FAO). Dalam laporan terbarunya, FAO menyebut bahwa indeks harga minyak nabati dunia mengalami kenaikan hingga ke level tertinggi sejak tahun 2012. Kenaikan indeks harga diakibatkan terus menguatnya harga minyak sawit. Sementara itu, harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak rapa, dan minyak biji bunga matahari juga ikut naik.

Kenaikan harga CPO juga ditopang oleh penguatan harga minyak mentah. Harga kontrak futures Brent kini sudah semakin mendekati US$60/barel. Komitmen para kartel yang tergabung dalam OPEC+ untuk menjaga defisit pasokan minyak membuat harga si emas hitam terkerek naik. Harga minyak mentah dan minyak sawit berkorelasi mengingat CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang menjadi bahan bakar alternatif dari fossil fuel. Kenaikan harga minyak mentah ini menjadi sentimen positif untuk harga CPO.

Secara internal, ketatnya pasokan menjadi salah satu alasan mengapa harga-harga minyak nabati terutama sawit mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Adanya banjir yang melanda beberapa sentra produksi sawit seperti di Kalimantan dan Sumatera di Indonesia tentu mengganggu aktivitas produksi dan rantai pasok sehingga berpotensi menurunkan output. Para ahli memperkirakan, prospek harga CPO masih akan kuat hingga kuartal pertama tahun 2021 ini. Setelah itu, harga CPO kemungkinan besar akan melandai bahkan terkoreksi seiring dengan peningkatan output.

Selain itu, kabar yang datang dari India juga akan turut membuat harga CPO anjlok. India sebagai salah satu importir minyak sawit terbesar di dunia memutuskan untuk merubah bea impor minyak nabati yang menjadi komoditas unggulan RI dan Malaysia tersebut. Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan penambahan pajak atas impor minyak sawit ini dilakukan karena India mencoba membangun infrastruktur dan untuk mendongkrak produksi dalam negeri. Sitharaman mengatakan, India memangkas pajak dasar impor minyak sawit mentah menjadi 15 persen dari sebelumnya 27,5 persen, tetapi memberlakukan 17,5 persen pajak tambahan secara terpisah. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: