Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Partai Demokrat Diserang Doxing, Hoax, dan Disinformasi, Kader Malah Semakin Solid

Partai Demokrat Diserang Doxing, Hoax, dan Disinformasi, Kader Malah Semakin Solid Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam tujuh hari sejak upaya pengambilalihan paksa partai diungkapkan, Partai Demokrat dan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) diserang dengan doxing (pengungkapan identitas pribadi), hoax serta disinformasi di media sosial.

Ini terungkap melalui riset media sosial menggunakan big data analytics yang dipaparkan dalam webinar Proklamasi Democracy Forum (7/2). Selain itu sejumlah pengurus dan kader melaporkan ponsel mereka dibobol dan diambil alih. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng menegaskan tidak takut diancam-ancam.

"PD siap konsisten memperjuangkan harapan rakyat.” kata Andi.

Menggunakan social network analysis (SNA), riset media sosial tersebut menganalisa pemberitaan dan percakapan terkait Partai Demokrat serta Ketum AHY dalam periode 31 Januari, satu hari sebelum pengungkapan upaya ambil alih partai secara paksa hingga 6 Februari, satu hari setelah Presiden Jokowi diberitakan menegur Kepala KSP Moeldoko atas manuvernya dibalik upaya pengambilalihan paksa ini.

“Ada dua klaster pro dan kontra yang ukurannya hampir sama, dan menunjukkan pola filter bubble, yaitu masing-masing praktis hanya berkomunikasi dengan kelompoknya sendiri,” papar Tomi Satryatomo, Kepala Balitbang DPP Partai Demokrat.

Dalam pemetaan narasi, riset media sosial ini menemukan kubu pro Demokrat lebih banyak menyuarakan isu soliditas, institusi dan tokoh partai. “Tapi, alih-alih menjawab substansi argumentasi, kelompok kontra terlihat melakukan doxing, menyebarkan hoax dan disinformasi,” urai Tomi lebih lanjut. Doxing adalah praktek menyebarkan identitas pribadi melalui media sosial.

Kelompok kontra ini dimotori oleh tiga akun utama, yang terdiri dari satu akun anonim dan dua akun nyata (real accounts) yang selama ini dikenal sebagai influencers politik. Cuitan mereka diamplifikasi oleh akun-akun yang sebagian besar akun anonim. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: