Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tesla di China Bermasalah, Bisnis Mobil Listrik Elon Musk Terancam Bahaya!

Tesla di China Bermasalah, Bisnis Mobil Listrik Elon Musk Terancam Bahaya! Tesla Motors CEO Elon Musk speaks during the National Governors Association Summer Meeting in Providence, Rhode Island, U.S., July 15, 2017. | Kredit Foto: Reuters/Brian Snyder
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tesla Elon Musk menghabiskan beberapa tahun terakhir mencoba memenangkan China untuk menaklukkan pasar mobil terbesar di dunia. Sayangnya, saat ini perusahaan tersebut berisiko mengganggu regulator Beijing.

Baru-baru ini, sebagaimana dilansir dari CNN Business di Jakarta, Rabu (10/2/21) produsen mobil listrik itu telah dipanggil oleh lima badan pengatur China untuk menjawab pertanyaan tentang kualitas mobil Model 3 buatan Shanghai. Regulator China disebutkan prihatin tentang beberapa masalah dengan mobil Tesla, termasuk "akselerasi abnormal" dan "kebakaran baterai."

Pertemuan itu meresahkan Tesla. Namun, berkat ajakan Musk kepada para pejabat, Tesla berhasil menghindari pembatasan rumit yang dikenakan pada saingan global yang mencoba berbisnis di China. Perusahaan tersebut membuka salah satu pabrik mobil besarnya pada tahun 2019 dengan meriah di Shanghai, dan negara itu sekarang menyumbang seperlima dari pendapatannya.

Baca Juga: Jeff Bezos Resign dari Amazon, Elon Musk Harus Semakin Waspada, Kenapa?

Tetapi selama beberapa minggu terakhir, Tesla telah banyak dikritik di China karena serangkaian masalah yang melibatkan mobilnya. Meski demikian, Tesla telah melayangkan permintaan maaf dan berjanji akan memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi perkembangan pasar yang sehat.

Tidak jelas apakah regulator berniat untuk menghukum Tesla atau mengubah cara kerjanya di negara tersebut. Namun kontroversi tersebut adalah tanda betapa seriusnya Beijing menangani regulasi, bahkan di antara perusahaan yang tampaknya disukai.

"Ini lereng licin untuk Musk, meski telah membangun hubungan yang kuat di dalam negeri, tetapi dia harus bermain baik di kotak pasir di China," ujar Dan Ives, seorang analis teknologi dan CEO Wedbush Securities. 

Tesla telah ada di China sejak 2013, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah menjalin hubungan yang kuat dengan pemerintah China.

Ketika produsen mobil itu menegosiasikan persyaratan dengan pihak berwenang pada tahun 2017 untuk pembangunan Shanghai Gigafactory, ia berhasil mempertahankan kendali penuh, karena perusahaan sejenis biasanya diharuskan untuk bermitra dengan perusahaan China jika mereka ingin mendirikan bisnis lokal di waktu itu.

Sejak itu, Tesla menikmati dukungan pemerintah yang kuat. Itu adalah satu-satunya pabrikan asing tanpa mitra lokal yang memenangkan keringanan pajak besar untuk mobilnya pada tahun 2019. Perusahaan juga melanjutkan produksi dengan cepat selama pandemi virus Corona sebagian berkat dukungan pemerintah daerah.

Musk juga telah memenangkan hati pihak berwenang dan warga China, dan merupakan tamu yang disambut di negara itu. Bahkan Perdana Menteri Li Keqiang bahkan pernah mengatakan dia akan dengan senang hati memberi Musk "kartu hijau China" setelah pengusaha Amerika mengatakan dia "sangat mencintai China."

Namun dalam beberapa bulan terakhir, persepsi Tesla di China mulai memburuk. November lalu, kantor berita negara Xinhua menyerang perusahaan itu setelah salah satu pengacaranya menulis kepada regulator AS tentang penarikan kembali di China, menyalahkan "penyalahgunaan pengemudi."

Kritik meningkat bulan lalu setelah sebuah video viral di China yang menunjukkan seorang karyawan Tesla memberi tahu pelanggan bahwa kelebihan beban di jaringan listrik dapat menyebabkan kecelakaan pengisian daya yang merusak mobil.

Media lokal China, Xinhua awal bulan ini mengecam Tesla sekali lagi karena "sikap sombongnya", menuduh perusahaan "menyerahkan tanggung jawab lagi". The Global Times, sebuah tabloid milik negara, juga menggandeng perusahaan tersebut.

"Meskipun Tesla bisa dibilang perusahaan AS yang paling aktif berinvestasi di China, produsen mobil kelahiran Silicon Valley ini masih jauh dari pemahaman konsumen China, seperti yang terlihat dari sikapnya dalam serangkaian laporan kecelakaan yang tersebar termasuk ledakan, pengemudi kehilangan kendali dan rem yang rusak," tulis artikel yang diterbitkan oleh Global Times.

Tekanan regulasi bukanlah satu-satunya tantangan Tesla di China untuk bergerak maju. Meski menjadi merek kendaraan listrik terlaris di China tahun lalu, tetapi Musk dan Tesla harus menghadapi persaingan yang semakin ketat.

BYD menggeser Tesla sebagai merek mobil listrik terlaris di China bulan lalu, dan produsen mobil lain seperti Nio, Geely, dan Xpeng mencoba untuk mendekat. Meski China telah menyambut baik Tesla, tetapi para ahli menunjukkan bahwa pada akhirnya Beijing memiliki ambisinya sendiri untuk memimpin di bidang teknologi dan lainnya. Dengan kata lain, ketika perusahaan lokal menjadi kompetitif, negara tidak lagi membutuhkan banyak perusahaan asing.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: