"Jadi, bukan untuk menaikkan elektabilitas kami. Elektabilitas Partai Demokrat sebelum ada konferensi pers minggu lalu, sudah meroket sejak kepemimpinan AHY menurut beberapa lembaga survei, seperti Indikator, VoxPopuli, Polmatrix, dan beberapa lembaga survei lainnya," tegas Herzaky.
Selain itu, Herzaky menambahkan, terungkapnya isu kudeta ini jug menunjukkan soliditas dan kepercayaan tinggi para kader dan pengurus Partai Demokrat kepada kepemimpinan AHY.
Sejumlah pemilik suara di Partai Demokrat, didekati dan diiming-imingi uang dalam jumlah besar, bahkan fasilitas lainnya, termasuk jabatan, jika bersedia mendukung Kongres Luar Biasa (KLB) dan mengangkat pejabat negara di lingkaran Presiden sebagai Ketum menggantikan AHY.
Baca Juga: Bantah Keras, Demokrat Lantang: Revisi UU Pemilu Harga Mati
"Tetapi, mereka menolak keras tawaran itu, dan memilih untuk melaporkannya ke AHY," imbuhnya.
Oleh karena itu, Herzaky menegaskan, keliru kalau menganggap kepemimpinan AHY di Partai Demokrat tidak kokoh. Ada peran penting pejabat negara yang dekat dengan Presiden dalam GPK PD ini saja, para pemilik suara kami di berbagai pelosok Indonesia, menolak keras ikut ambil bagian.
Hanya segelintir kader senior dan mantan kader senior sisa-sisa era feodal yang tidak berkenan melihat Demokrat maju pesat setahun terakhir saja yang minat ikut genderang pejabat negara tersebut.
"Pasca terbongkarnya upaya GPK PD ini pun, ramai-ramai pengurus DPD se-Indonesia dan DPC dari berbagai pelosok, membuat deklarasi kesetiaan dan mendukung kepemimpinan AHY di publik," tandas Herzaky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti