Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Satu Tahun Wabah Covid-19, Tekanan Ekonomi Indonesia Paling Moderat, Ini Kata Sri Mulyani

Satu Tahun Wabah Covid-19, Tekanan Ekonomi Indonesia Paling Moderat, Ini Kata Sri Mulyani Sri Mulyani, Menteri Keuangan | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Keuangan menilai kinerja perekonomian Indonesia terus menunjukkan arah pemulihan dan sudah berjalan pada jalur yang tepat (on-track).

Ke depan, arah pemulihan ini akan didorong lebih cepat, terutama dengan mulai berjalannya vaksinasi secara terukur dan terencana dengan baik.

Baca Juga: Pemerintah Optimis Pulihkan Perekonomian dengan Dorong Konsumsi Masyarakat

Dukungan kebijakan fiskal di 2020 akan tetap dilanjutkan dan tetap bersifat countercyclical di 2021. Ini tercermin pada angka defisit terhadap PDB dalam APBN 2021.

"Covid-19 telah menyebabkan outlook ekonomi 2020 mengalami resesi dan memang realisasinya lebih dalam. Dari tadinya optimis pertumbuhan 2020 di 3,3% kemudian direvisi menjadi -3%, direvisi kembali menjadi -5,9%. Dan dibulan Oktober revisi menjadi -4,4%. Kita lihat pada Januari ternyata realisasinya di -3,5%," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam Diskusi Menteri Keuangan dengan Pimpinan Redaksi, Selasa (16/2/2021).

Bendahara Negara itu mengatakan, bahwa pandemi Covid-19 telah mengoreksi perekonomian dunia, dari +3,3 menjadi -3,5%, atau terkoreksi yaitu lebih dari 6,8% kurang. Tekanan ekonomi ini juga dirasakan semua negara dan berimplikasi pada hasil negatif.

"Indonesia sudah keluar juga, menurut Badan Pusat Statistik tahun 2020 pertumbuhan ekonomi kita di 2,1%, kalo dibandingkan banyak negara yang lain, baik disekitar Asean maupun G20 yaitu negara yang relatif besar ukuran ekonominya, maupun negara tetangga di Asia, kita relatif dalam situasi baik, meskipun kita juga mengakui ada negara yang masih lebih resilient dari kita seperti Korea Selatan yang kontraksi nya hanya -1% atau bahkan Vietnam dan Tiongkok yang masih bisa mempertahankan positif di tahun 2020," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani membeberkan, dibandingkan negara-negara besar maupun negara tetangga yang lain. Ia menilai kontraksi yang dihadapkan pada negara tersebut cukup dalam.

"Kalo sekarang liat banyak statistik baru keluar seperti Inggris ternyata minusnya 10%. Amerika kemudian Jerman, Malaysia, Singapore barusan keluar kuartal keempatnya agak lebih baik dan mereka optimis bisa pulih tapi tetap year on year nya keseluruhan tahun -5,8," ujarnya.

"Uni Eropa -6,8% bahkan negara Amerika latin juga terkoreksi lebih dalam. Inilah yang saya sampaikan gambarannya betapa Covid-19 betul-betul game changer," tambahnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan bahwa seluruh negara melakukan langkah cepat untuk bisa melakukan apa yang disebut penanganan Covid-19 dan dampak ekonominya.

"Tapi tidak semua negara bisa memformulasikan dan dapat disetujui dari sisi proses politiknya. Terutama negara-negara yang demokratis banyak sekali debat yang dilakukan antara pemerintah dengan DPR-nya dalam hal ini legislator mereka dan tidak selalu cepat memformulasikan apa yang perlu dan harus dilakukan," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: