Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengumuman! Pasar Saham China dan India Bisa Jadi Pilihan Investasi Loh

Pengumuman! Pasar Saham China dan India Bisa Jadi Pilihan Investasi Loh Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

China dan India saat ini menjadi dua perekonomian terbesar di kawasan negara berkembang, dan kedepannya masih akan memiliki potensi pertumbuhan yang pesat karena didukung oleh tiga faktor, yaitu peluang pertumbuhan, transformasi industri, dan reformasi kebijakan. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan China tumbuh lebih dari 8%, sementara India lebih dari 11% untuk 2021.

Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan, memaparkan bahwa potensi pertumbuhan ekonomi di China dan India didukung oleh populasi yang besar. “Di tahun 2030, China dan India diperkirakan menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan memiliki peranan yang semakin penting dalam perekonomian global. PDB nominal China dan India masing-masing diperkirakan akan mencapai USD64,2 triliun dan USD46,3 triliun di 2030,” ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (18/2/2021).

Katarina menambahkan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, China dan India mengalami transformasi kondisi sosial ekonomi. China diperkirakan mengalami transisi perubahan populasi dari masyarakat kelas menengah menuju pendapatan kelas atas, sementara India menikmati transisi peningkatan populasi kelas menengah. Meningkatnya populasi kelas menengah-atas akan mendukung konsumsi sebagai penopang PDB.

Baca Juga: Perdagangan Indonesia dengan China Kok Selalu Defisit, Kenapa Ya?

China dan India juga diperkirakan akan mengalami transformasi sektor industrial. Pemerintah China memiliki visi menjadikan China sebagai global leader dalam industri teknologi tinggi, beralih dari fokus sebelumnya pada low-end manufacturing. Transformasi industri akan menjadikan China sebagai negara produsen produk-produk berteknologi tinggi, tidak kalah dari produk-produk yang dibuat negara maju lainnya. Sementara India memiliki visi untuk menjadi hub manufaktur global, terutama di tengah tren diversifikasi produksi dari China ke negara Asia lainnya.

“Kedua negara ini juga terus membuat reformasi kebijakan yang berkelanjutan untuk menarik investasi dan kemudahan berbisnis, serta senantiasa meningkatkan nilai tambah bagi investor,” terangnya.

Lebih lanjut Ia menuturkan bila China dan India dinilai sebagai pasar yang menarik karena tiga faktor, yaitu potensi kinerja jangka panjang di kedua pasar, korelasi yang rendah antara pasar saham China dan India, dan akses pasar saham China A-shares.

Kinerja jangka panjang di China dan India ditopang oleh transformasi ekonomi dan reformasi kebijakan di kedua negara. Peningkatan kelas menengah, transformasi ekonomi, reformasi kebijakan, dan keterbukaan investasi membuat pasar saham China dan India mencatatkan kinerja historis yang menarik. Faktor-faktor pendukung tersebut diperkirakan masih akan terjadi atau tetap diterapkan, dan terus berpotensi menopang pasar saham dalam jangka panjang.

“Pasar saham China dan India memiliki korelasi yang rendah, sehingga ideal untuk diversifikasi atau dikombinasikan dalam portofolio investasi. Selain itu, pasar saham China dan India pun memiliki korelasi yang rendah terhadap pasar saham global. Dengan kondisi tersebut, portofolio investasi China dan India diharapkan menghasilkan peluang diversifikasi optimal bagi portofolio investor secara keseluruhan,” ucapnya.

Baca Juga: Di Balik Tumbangnya Pasar Saham, Ada Investor yang Bawa Kabur Cuan Ratusan Miliar Rupiah!

Bursa saham China merupakan bursa terbesar kedua di dunia. Namun hanya sebagian kecil dari pasar tersebut yang terbuka untuk investor asing. Akses investor asing untuk berinvestasi pada saham A-shares sangat terbatas. Di lain pihak, A-shares lebih merepresentasikan sektor ekonomi baru China seperti kesehatan, barang konsumsi, industri, dan teknologi.

“Saat ini, China A-shares telah masuk dalam indeks MSCI Emerging Market dengan faktor inklusi 20%. Apabila inklusi 100% dilakukan, maka China A-shares akan memiliki bobot lebih besar dibanding negara lain, sehingga peranan pasar saham China di pasar saham dunia diperkirakan akan semakin meningkat ke depannya,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: