Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alhamdulillah Kasus Aktif Covid-19 Mulai Turun, Tapi Lebaran Nanti Lebih Baik Tidak Mudik

Alhamdulillah Kasus Aktif Covid-19 Mulai Turun, Tapi Lebaran Nanti Lebih Baik Tidak Mudik Kredit Foto: Bernadinus Adi Pramudita
Warta Ekonomi, Jakarta -

Yang berencana mudik lebaran tahun ini, kayaknya mesti nahan diri. Daripada dibayangi infeksi virus Corona, lebih baik berlebaran di rumah saja.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, liburan panjang dengan mobilitas tinggi berdampak pada kenaikan kasus Covid 30-40 persen.

Baca Juga: Pasien Covid-19 Kategori OTG Lakukan Isolasi Mandiri Bakal Dapat Rp1,4 Juta dari Kemenkes?

“Itu data pada saat liburan Lebaran 2020 dan Natal Tahun Baru 2021. Liburan Imlek, mobilitas relatif tidak tinggi. Tapi, dampaknya kita lihat saja dua pekan ke depan, semoga kasusnya tidak naik banyak,” katanya, saat konferensi pers Perpanjangan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, Jumat (21/2/2021).

Sebentar lagi, masuk bulan Ramadhan, lalu Lebaran. Itu liburannya panjang. “Tolong ini diimbau, pergerakan terbatas, di rumah saja ya,” katanya.

Tren kasus covid, saat ini mulai membaik dan menunjukkan penurunan. Jangan sampai naik lagi, lalu rumah sakit penuh lagi. “Tolong batasi pergerakan,” ujar Menkes.

Dalam rentang 5-17 Februari 2021, kasus aktif nasional mengalami penurunan sebanyak -2,53 persen dan tingkat kesembuhan naik 2,56 persen. Sedangkan tingkat kematian, turun -0,03 persen.

Studi empiris menunjukkan, sekitar 80 persen yang terinfeksi Covid-19, sifatnya ringan. Selebihnya, 20-an persen ada gejala sesak nafas, dan parunya berkabut, sehingga perlu dirawat lebih lanjut. Pergerakan yang aktif juga menimbulkan kekuatiran kena virus dengan strain baru hasil mutasi.

Menkes mengatakan, strain virus Covid hasil mutasi, sudah muncul di tiga lokasi di dunia yaitu London, Afrika Selatan dan Brazil. Karenanya, Pemerintah melakukan pembatasan perjalanan/ pergerakan luar negeri, terutama dari dan ke negara tersebut. Indonesia memiliki kapabilitas untuk melakukan tracing mengenai mutasi virus ini.

Di awal Januari, Kemenkes kerja sama dengan Kemenristek/BRIN membangun jaringan 12 laboratorium, untuk koordinasi sampling dan testing terkait strain baru. Modelnya full genome sequencing atau partial genome sequencing.

Setahun terakhir, sudah mengumpulkan 170 sampel. Ditambah 180 sampel baru yang dikumpulkan sejak Januari 2021.

“Selama satu setengah bulan terakhir ini kami mengumpulkan sampel lebih banyak dari jumlah yang dikumpulkan setahun,” katanya. Dan, dari hasil penelitian, sampai sekarang Indonesia belum menemukan ada virus strain mutasi, seperti yang berasal dari London, Afrika Selatan dan Brazil," papar Menkes.

“Tapi, kami terus perbaiki frekuensi dan kualitas samplingnya untuk memastikan jala kita kita cukup rekat, untuk mengidentifikasi strain ini kalau ditemukan virus mutasi,” ujar Menkes. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: