Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bagaimana Hukumnya Membatalkan Puasa saat Mudik?

Bagaimana Hukumnya Membatalkan Puasa saat Mudik? Foto udara kendaraan memadati Jalan Tol Jakarta - Cikampek, Karawang, Jawa Barat, Rabu (27/4/2022) dini hari. PT Jasa Marga memprediksi puncak peningkatan volume lalu lintas arus mudik melalui jalan tol akan terjadi pada H-3 Lebaran atau tanggal 29 April 2022. | Kredit Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mudik adalah tradisi rutin dari masyarakat Indonesia setiap Lebaran untuk bertemu sanak saudara. Pastinya mudik terasa sangat melelahkan karena bergerak serentak dengan jutaan orang lainnya.

Lalu, apakah kondisi ini membolehkan membatalkan puasa?

Mengutip dari Muhammadiyah or.id, puasa merupakan salah satu amalan wajib bagi umat Islam, sesuai dengan QS. Al Baqarah ayat 183.

Namun, dalam agama Islam juga terdapat kelonggaran bagi beberapa golongan, termasuk musafir atau mereka yang sedang dalam perjalanan. Hal ini dijelaskan dalam Buku Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadan.

Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi musafir, terutama dalam konteks mudik, sering kali sangat berat dan menyulitkan. Oleh karena itu, Islam memberikan kelonggaran bagi mereka yang dalam perjalanan untuk meninggalkan puasa

Dalil yang mendasari kelonggaran ini terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 184 yang menyatakan "Maka barang siapa di antara kamu yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”

Dengan demikian, bagi para pemudik yang terjebak dalam kemacetan panjang dan antrian transportasi yang melelahkan, boleh mempertimbangkan untuk membatalkan puasa mereka dan menggantinya di hari lain.

Penting untuk diingat bahwa kelonggaran ini diberikan untuk memudahkan umat dalam menjalankan ibadah, bukan untuk disalahgunakan.

Namun, keputusan untuk membatalkan puasa dan menggantinya di hari lain harus diambil dengan penuh kesadaran dan ketaatan terhadap ajaran Islam. Maka, dalam situasi apapun, niat dan kesadaran dalam menjalankan ibadah tetap menjadi hal yang utama bagi umat Muslim.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: