Indonesia dengan 270 juta penduduk saat ini dan diprediksi 50 tahun kedepan penduduk Asia akan menjadi sebanyak 5 milyar, Eropa 800 juta, Amerika Utara 1-1,2 milyar. Ini artinya benua Asia akan menjadi pusat baru kehidupan manusia, dan jantungnya adalah Indonesia yang bakal menjadi tema sentral literasi dalam menciptakan barang dan jasa bermutu.
Namun sayangnya, berdasar standar Unesco setiap orang minimal membaca 3 buku baru setiap tahun. Kalau penduduk Indonesia 270 juta, maka membutuhkan 810 juta buku beredar di masyarakat setiap tahun. Namun total jumlah bahan bacaan hanya mencapai 22, 3 juta eksemplar dengan rasio nasional 0,0098 atau tidak mencapai 1 persen.
Sementara Eropa bisa mencapai 15-20 buku per tahun, Amerika Utara bisa 25 buku setahun. Artinya Indonesia mengalami ketertinggalam jauh. Jadi jangan menghakimi anak-anak Indonesia di sisi hilir yang rendah budaya baca, tetapi ini dikarenakan tidak disiapkannya buku yang beredar di masyarakat.
“Siapa yang bertanggung jawab memastikan adanya peredaran buku di masyarakat. Ini adalah tugas
penyelenggara negara. Tapi penulis dan penerbit buku juga harus bisa menyesuaikan kebutuhan masyarakat di berbagai tempat yang tidak sama kebutuhannya,” jelas Bando.
Untuk itu, pada tahun 2021 ini Perpusnas fokus membicarakan persoalan literasi di sisi hilir dan hulu. Sisi hilir hasil survei rendah budaya baca dan mengakibatkan rendah literasi. Akhirnya parameter dunia menilai daya saing global Indonesia dan income per kapitanya rendah.
Sementara sisi hulu, yakni peran eksekutif legislatif dan yudikatif serta komponen bangsa, bertugas mencerdaskan bangsa. Buku sudah jadi kebutuhan pokok yang ke-10 karena menjadi pemicu memenuhi kebutuhan pokok lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: