Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (LPDB-KUMKM) siap memberikan dukungan modal usaha kepada dua koperasi di Nusa Tenggara Barat (NTB): Koperasi Cabe Rawit di Kota Mataram, NTB dan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Ammar Sasambo di Lombok Tengah, NTB. Produk-produk dari anggota masing-masing koperasi ini dinilai punya nilai khusus dan unggul dibandingkan dengan produk anggota koperasi lainnya.
Direktur Bisnis LPDB-KUMKM, Krisdianto Sudarmono, menjelaskan bahwa sebagai satuan kerja (satker) Kementerian Koperasi dan UKM, pihaknya komitmen terus mendukung kemajuan koperasi. Pihaknya sedang melakukan asessment terhadap dua koperasi tersebut agar bisa menjadi mitra usahanya. Dari assesment awal diakui bahwa koperasi tersebut memiliki potensi yang besar mendapatkan fasilitas pembiayaan untuk penambahan modal kerjanya. Pasalnya, dari track record administrasi dan juga produk-produk yang dihasilkan oleh anggotanya cukup meyakinkan.
Baca Juga: Goorita Targetkan 5.000 UMKM Rambah Pasar Global
"Tim kami telah melakukan diskusi dengan teman-teman di sini. Yang dibutuhkan untuk Koperasi Cabe Rawit salah satunya adalah mesin packaging. Kami LPDB-KUMKM siap memberikan pembiayaan pinjaman. Secara produk sudah baik, tidak kalah dengan produk lain. Kami siap membantu koperasi ini," kata Krisdianto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (23/2/2021).
Pembiayaan yang disalurkan oleh LPDB-KUMKM miliki tingkat bunga sangat rendah, yakni 3 persen. Ini lebih rendah dari suku bunga kredit yang disalurkan lembaga perbankan melalui skim kredit usaha rakyat (KUR) yang capai 6 persen. Dijelaskan Krisdianto, masa tenggang (grace period) untuk pembiayaan itu mulai 3 hingga 6 bulan.
Ketua Koperasi Cabe Rawit, Endang Susilowati, mengatakan bahwa hingga saat ini anggotanya berjumlah 95 orang dengan latar belakang usaha yang berbeda-beda, mulai dari kuliner hingga produk tekstil. Namun, yang menjadi unggulan dari produk anggotanya adalah produk kuliner. Bahkan, produk makanan olahan yang diproduksi dari anggota mendapat pujian dari Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu.
Produk makanan olahan seperti ayam taliwang dan produk-produk makanan olahan dalam kemasan dan frozen food. Koperasi ini juga mendapat apresiasi dari Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) karena kemampuannya dalam mendiversifikasi produk makanan olahan sehingga bisa dipasarkan hingga ke luar NTB. Selain fokus pada produk kuliner, koperasi ini juga mengembangkan basis usahanya melalui culinary training center, yaitu kelas khusus untuk mengajarkan masak memasak pada siswa.
Endang berharap, LPDB-KUMKM dapat memberi perkuatan permodalan bagi koperasinya, terutama untuk pengadaan alat produksi seperti mesin packaging. "Semoga harapan kami ke dapat diakomodasi. Selama ini kemasan produk kami besar-besar. Nah, kini kami ingin ukuran yang lebih kecil (mini). Kalau ada satu mesin untuk beberapa produk, kami merasa senang sekali. Selain itu, kami bercita-cita bisa ekspor juga ke luar negeri," ungkap Endang.
Di tempat terpisah, Pengurus KSPPS Ammar Sasambo, Lalu Buntaran, menyatakan potensi sarang burung walet untuk pasar ekspor sangat tinggi. Dalam setiap bulannya koperasi ini bisa mengekspor hingga 2 kuintal sarang burung walet ke beberapa negara seperti China, Thailand, dan Singapura. Dijelaskan harga ekspor produk ini bisa sampai Rp35 juta per kilogram (kg).
Hanya saja untuk memenuhi kebutuhan ekspor dalam partai besar itu, pihaknya kekurangan modal usaha. Oleh sebab itu, dia berharap ada dukungan dari pemerintah khususnya dari LPDB-KUMKM untuk dapat menjembatani kebutuhan pembiayaan itu.
"Kita kalau mau partai besar ekspor kayanya butuh dana antara Rp3 miliar hingga Rp5 miliar. Kita sangat yakin kalau ini digenjot, difasilitasi pemerintah, peternak walet di luar sana akan bahagia," tutur Lalu Buntaran.
Dia juga menjelaskan bahwa selain mengekspor bahan mentah, ke depan pihaknya bersama anggota koperasi lain akan mengupayakan untuk bisa mengekspor produk turunan seperti kopi walet, bubur walet, dan herbal walet. Dengan begitu, nilai tambah yang bisa dihasilkan bisa lebih besar.
"Setelah bertemu dengan Dinas Koperasi dan UKM juga LPDB-KUMKM, kami akan berupaya agar turunan walet ini juga bisa diekspor. Selama ini kita langsung ekspor rumah walet ke China, Thailand, dan Singapura," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum