KOL Stories x Desi Indarti: Obrak-Abrik Dapur Tante Bos, Emak-Emak Pengusaha serta Penambang Bitcoin
Pandemi mengganggu banyak sektor, mengakibatkan pemutusan hubungan kerja dan merugikan bisnis. Namun, hal itu tak terjadi terhadap bisnis fashion daring Warnawarni.ori.
Direktur PT Warna Warni Retailindo, Desi Indarti, mengatakan penjualan bisnis selama pandemi tidak begitu terdampak pada 2020. Saat itu, ia mengaku dapat menjual 5.000-6.000 potong pakaian per hari. Penurunan 40% baru terjadi setelah Januari, menurut Desi. Hasilnya, jumlah penjualan menjadi 2.000-3.000 potong pakaian per hari.
Baca Juga: KOL Stories x Klemens Rahardja: Menghindari Bisnis Buat Buntung (BBB)
Untuk bertahan di tengah pandemi, wanita yang kerap disapa Tante Bos ini juga mengandalkan dua hal yaitu adaptasi dan inovasi. Ia memanfaatkan saluran penjualan luring dan daring, dari toko di marketplace hingga media sosial seperti Instagram. Hasilnya, tak ada tantangan yang ia hadapi selama pandemi, selain pengurangan aktivitas luring.
Saat ini, Desi memiliki tujuh merek fashion muslim, pabrik konveksi, hingga gudang tekstil yang ia kelola sendiri. Wanita kelahiran Lampung itu mengantongi omzet Rp2 miliar setiap bulan. Bahkan, Desi kini pun merambah ke cryptocurrency. Hal tersebut terlihat ketika, Desi melalui akun Tiktoknya memamerkan rumahnya yang dipenuhi dengan mesin-mesin penambang bitcoin.
Alhasil, Tante Bos menuturkan bahwa ia hanya perlu bersantai di rumah namun pundi-pundi rezeki terus mengalir masuk ke dalam kantongnya. Ia pun tak segan memberikan bonus kepada karyawannya dari hasil penambangan bitcoin.
Untuk itu, Warta Ekonomi menggelar ngobrol bareng Tante Bos melalui program KOL Stories dengan tema Obrak-abrik Dapur Tante Bos, Emak-emak Pengusaha serta Penambang Bitcoin. Simak wawancara jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani, dengan Tante Bos berikut ini.
Sebagai seorang pengusaha, boleh diceritakan bagaimana awal mula Tante Bos membangun bisnis?
Sebenarnya sejak SMP saya sudah mulai berdagang. Saya juga merasa tidak cocok untuk bekerja kantoran, karena tidak suka diatur oleh atasan dan juga tidak terbiasa melakukan rutinitas berulang setiap harinya.
Saat kuliah, saya memulai bisnis di bidang fashion karena merupakan bisnis yang sedang tren dan booming pada waktu itu. Awalnya dimulai saat saya baru memiliki handphone Blackberry Gemini yang saat itu sedang menjadi tren. Kemudian saya mulai berpikir, bagaimana cara menghasilkan uang dengan handphone ini? Akhirnya saya memutuskan terjun ke bisnis fashion dan menjual barang dagangan saya ke teman-teman sekelas.
Awalnya tidak ada yang mau beli, apalagi di saat itu orang belum terbiasa membeli produk yang belum dikenalnya. Model bisnis saya saat itu adalah menjadi reseller baju yang dijual di daerah Tanah Abang. Setelah satu tahun menjadi reseller, saya akhirnya bisa produksi sendiri. Hal itu karena saya mendapat banyak orderan hingga ribuan stok baju.
Cara memasarkannya melalui broadcast messages dan group Blackberry itu sendiri. Saat sudah mulai produksi sendiri pun juga belum bisa memenuhi pesanan yang melonjak, karena kebanyakan hasil produksi saya merupakan baju yang sedang tren dan booming. Selain itu, saya juga suka menabung untuk bisa merambah ke bisnis lain. Untuk di dunia crypto sendiri, saya bekerja dengan partner sebagai investor.
Apa saja tantangan dan kendala yang dialami ketika sedang membangun bisnis? Kemudian, apa rahasianya untuk bisa kembali bangkit?
Saya tipe orang yang selalu bersemangat. Jika terjadi masalah, saya akan diam terlebih dahulu paling lama satu hari, setelah itu bangkit lagi untuk mengejar mimpi-mimpi saya. Selain itu, saya bisa bangkit kembali berkat karyawan, karena karyawan menjadi motivasi saya untuk tetap bangkit, belajar, berinovasi, dan beradaptasi dengan keadaan, apalagi di zaman pandemi ini.
Untuk tantangan yang pernah dihadapi itu saat awal merintis bisnis. Maka dari itu, saya akhirnya membuka cabang konveksi sampai delapan cabang konveksi, kemudian mempunyai mesin sampai enam ratus buah, karena permintaan yang begitu banyak. Saat awal pandemi tidak terlalu berpengaruh, karena target pasar saya menengah ke bawah. Namun di bulan Agustus hingga sekarang, bisnis saya mulai terdampak karena sepi permintaan.
Bagaimana cara menyusun strategi bisnis yang baik agar bisa bertahan di tengah krisis?
Sesuai yang saya terapkan, ada tiga hal penting dalam bisnis, yaitu adaptasi, inovasi, dan cepat, apalagi dunia fashion yang cepat berganti tren dalam waktu hitungan hari. Percuma jika kita memiliki ide yang bagus dan matang namun tidak segera di luncurkan. Karena persaingan bisnis saat ini sudah bisa dalam hitungan menit, karena orang bisa mengakses semuanya melalui smartphone.
Berapa omzet yang diperoleh dari bisnis Anda per-tahunnya? Kemudian, apa rencana yang tengah disusun untuk mengembangkan bisnis Anda?
Omzet bisnis fashion saya sebelum bulan Agustus dalam satu hari masih empat ribu hingga lima ribu buah, dikalikan seratus ribu rupiah. Tetapi di bulan Agustus sampai sekarang sudah mulai turun.
Karena saya terbiasa di dunia fashion dengan tren yang cepat, maka saya sudah terbiasa cepat untuk bisa mengikuti tren tersebut. Sekarang ini yang sedang tren adalah mata uang crypto seperti Bitcoin dan lainnya. Dalam jangka waktu dekat ini, rencana saya akan fokus ke dunia crypto terlebih dahulu sembari melihat situasi.
Terkait pengelolaan dana, bagaimana cara Tante Bos mengelola dana yang dimiliki? Apa saja investasi yang dilakukan? Apa pertimbangannya dalam berinvestasi?
Sesuai prinsip, saya akan memiliki perasaan lega jika sedang membangun bisnis namun gagal ditengah jalan, karena akan mendapat ilmu dan pelajarannya daripada membuang uang untuk liburan. Lebih baik uang lebih yang saya miliki digunakan untuk bisnis daripada untuk keperluan pribadi. Maka dari itu saya memiliki bisnis lain selain fashion dan kripto, seperti perkebunan. Saya harus bisa belajar meng-handle bisnis-bisnis tersebut. Oleh karena itu, pada akhirnya saya sudah terbiasa berpikir cepat dalam mengelola bisnis.
Kenapa Anda memutuskan untuk masuk ke dunia cryptocurrency dan mulai menambang Bitcoin? Apakah Tante Bos melihat Bitcoin menjadi produk investasi yang menjanjikan?
Sebenarnya saya tidak baru menjalankan bisnis crypto melainkan baru-baru ini saya upload di media sosial. Saya pertama kali terjun di dunia cryptocurrency di tahun 2016. Karena belum pernah upload, jadi saya baru upload di Instagram di bulan November tahun 2020. Saat saya upload di Tiktok, banyak orang yang mengira saya baru merambah ke bisnis crypto, karena kemarin sedang mata uang crypto sedang booming disini.
Awalnya, saya punya teman yang baru pulang dari luar negeri dan mata uang crypto sedang booming disana. Kemudian dia cerita tentang itu. Kebetulan saya mempunyai modal lebih, akhirnya saya mengajak partner saya untuk memulai bisnis crypto, yang pada akhirnya saya berperan menjadi investor di bisnis ini.
Tetapi saat itu di Indonesia masih jarang orang yang mengetahui hal ini dan mungkin sekarang masih jarang orang yang belum tahu. Jadi bisnis crypto saya sudah digeluti sejak lama, bahkan saat orang mengomentari stok VGA komputer banyak yang habis akibat dipakai menambang crypto, saya memiliki itu semua sudah sejak tahun 2016 dan sekitar 70 persennya merupakan produk lama.
Kalau boleh dibongkar, berapa cuan yang telah diperoleh dari menambang Bitcoin?
Kalau angka yang didapat dari menambang Bitcoin itu rahasia, ya. Di dunia crypto pun saya niat awalnya sebagai investasi di masa pensiun. Modal awal saat saya mulai menambang di tahun 2016 sekitar 7 miliar rupiah. Tetapi karena sempat drop, akhirnya saya matikan dulu mesinnya, setelah normal baru dinyalakan kembali.
Bitcoin sendiri menurut saya sebagai seorang pengusaha memiliki prospek yang bagus. Maka dari itu saat harganya turun saya tidak terlalu panik, karena saya memulainya dengan harga yang tidak terlalu mahal. Itu yang dinamakan investasi.
Adakah pesan bagi para penonton terkait pengelolaan bisnis serta investasi dari Tante Bos?
Kalau yang saya lihat sekarang banyak teman-teman saya yang ingin memulai bisnis dan ingin jadi pengusaha. Tetapi action-nya kurang. Maka dari itu di awal merintis jalani saja selagi tidak melanggar hukum, norma agama, dan norma kehidupan.
Nanti jika ada sesuatu yang terjadi, jadikan itu sebagai pembelajaran. Dan yang sedang menjalani bisnis, jangan mudah menyerah, apalagi di situasi yang sedang susah ini. Terus beradaptasi dan berinovasi, karena kompetitor itu bisa hadir dalam hitungan menit. Semangat terus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: