Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Gaungkan Benci Produk Asing, Emang Indonesia Bisa Ngelawan Kalau Kalau AS dan China Ngambek

Jokowi Gaungkan Benci Produk Asing, Emang Indonesia Bisa Ngelawan Kalau Kalau AS dan China Ngambek Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A

Ajakan membenci produk asing disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3/021). "Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia harus terus digaungkan, produk-produk dalam negeri. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kata Jokowi.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dany Amrul Ichdan, yang hadir dalam diskusi yang sama, mencoba meluruskan. Dia menyebut, ajakan benci produk asing yang digaungkan Jokowi bukan berarti membenci negara penghasil komoditas. Jokowi juga tak bermaksud mengajak Indonesia membenci produk asing secara harfiah. 

Dany menjelaskan, ajakan Jokowi bagian dari perbaikan perdagangan Indonesia. Termasuk memperkuat industri lokal. "Ini semangat heroik untuk memperbaiki fundamental perdagangan kita," jelasnya.

Dia menyampaikan, selama ini sistem perdagangan Tanah Air menganut keunggulan kompetitif. Sistem ini bisa memusnahkan pelaku usaha dalam negeri. "Karena itu, harus ada perubahan fundamental. Ubah kerangka kerjanya," lanjut Dany.

Ia menerangkan, kerangka kerja dari keunggulan kompetitif harus diubah menjadi keunggulan kolaborasi. Investor harus melibatkan pelaku usaha dalam negeri dalam segala pembuatan produknya.

Pengamat komunikasi politik, Emrus Sihombing menilai, wajar kalau ajakan Jokowi menuai polemik. Sebab, publik menangkap kalimat yang disampaikan Jokowi secara harfiah. Padahal ada pesan tersirat. Yaitu mengutamakan produk dalam negeri dibanding produk asing. 

Agar polemiknya tak panjang, Emrus menyarankan para Juru Bicara Presiden cepat merespons dengan menyampaikan narasi pemaknaan mendalam dari diksi "benci". “Agar publik tercerahkan dari pandangan yang berbasis pada pemaknaan denotatif yang linear itu,” ucapnya.

Sayangnya, kata dia, sampai saat ini, para Juru Bicara Presiden belum menyampaikan pendapat sejenis itu. "Boleh jadi, saya berhipotesa, karena para Juru Bicara Presiden bukan dari ilmuan komunikasi, jadi kurang paham persoalan," sindir Emrus. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: