Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Langit Beijing Jadi Cokelat Kemerahan Usai Alami Fenomena Alam Ini

Langit Beijing Jadi Cokelat Kemerahan Usai Alami Fenomena Alam Ini Shanghai, China | Kredit Foto: Unsplash/Nuno Alberto
Warta Ekonomi, Beijing -

Ibu kota China, Beijing, diselimuti debu cokelat tebal pada Senin (15/3/2021) akibat angin kencang bertiup dari Gurun Gobi dan bagian barat laut China. Badan meteorologi China menyebut ini sebagai badai debu pasir terbesar dalam satu dekade yang melanda negara itu.

Administrasi Meteorologi China mengumumkan peringatan kuning pada Senin pagi, mengatakan badai pasir telah menyebar dari Mongolia Dalam ke Provinsi Gansu, Shanxi dan Hebei, yang mengelilingi Beijing.

Baca Juga: Jelang Ketemu China, AS Bakal Angkat Isu Genosida Muslim Uighur karena...

5000.jpg?width=445&quality=45&auto=format&fit=max&dpr=2&s=ea15a41395c53d552299d0e28b247a22

Negara tetangga Mongolia juga dilanda badai pasir besar, dengan setidaknya 341 orang dilaporkan hilang, menurut kantor berita negara China Xinhua. Penerbangan telah dihentikan dari Hohhot, ibu kota Mongolia Dalam.

Indeks kualitas udara resmi Beijing mencapai level maksimum 500 pada Senin pagi, dengan partikel mengambang yang dikenal sebagai PM10 meningkat melebihi 8.000 mikrogram per meter kubik di beberapa distrik, menurut pusat pemantauan lingkungan kota.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan konsentrasi PM10 harian rata-rata tidak lebih dari 50 mikrogram.

Pembacaan PM2.5, partikel lebih kecil yang menyusup ke paru-paru, juga di atas 300 mikrogram per meter kubik, jauh lebih tinggi dari standar China yaitu 35 mikrogram.

Beijing menghadapi badai pasir biasa pada Maret dan April karena kedekatannya dengan gurun besar Gobi serta penggundulan hutan dan erosi tanah di seluruh China utara.

China telah mencoba untuk menghutankan kembali dan memulihkan ekologi wilayah tersebut untuk membatasi berapa banyak pasir yang tertiup ke ibu kota. Beijing telah menanam "tembok hijau besar" dari pepohonan untuk menjebak debu yang masuk, dan juga mencoba membuat koridor udara yang menyalurkan angin dan memungkinkan pasir dan polutan lainnya lewat lebih cepat.

Beijing dan daerah sekitarnya telah menderita polusi tingkat tinggi dalam beberapa pekan terakhir, dengan kota itu diselimuti kabut asap selama sesi parlemen nasional yang dimulai pada 5 Maret.

Tangshan, kota pembuat baja terkemuka di China dan sumber utama polusi di Beijing dan Hebei, mengatakan pada Sabtu (13/3/2021) akan menghukum perusahaan lokal karena gagal melakukan tindakan darurat anti-kabut asap.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: