Pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 1 juta ton tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 500 ribu ton dialokasikan untuk cadangan beras pemerintah (CBP) sementara 500 ribu ton sisanya dikhususnya untuk beras komersial Bulog.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menjelaskan, stok CBP merupakan beras dengan kualitas medium yang biasa digunakan dalam operasi pasar untuk stabilisasi harga. Namun, kata Lutfi, terdapat perubahan preferensi masyarakat dalam konsumsi beras.
Baca Juga: Mendag: Sektor Nonmigas Dorong Surplus Perdagangan Februari
Menurutnya, di beberapa daerah operasi pasar beras menggunakan beras medium dan premium. Itu lantaran adanya permintaan terhadap kualitas beras yang lebih baik.
"Ada pasar-pasar di mana (keinginan) orang sudah berubah, tidak mau lagi beras medium. Kalau tidak ada yang mengatasi kebutuhan beras premium, ini bisa menjadi inflatoar (pemicu inflasi) ketika orang cari beras lebih baik dan harga akan naik," kata Lutfi.
Oleh karena itu, pemerintah ingin memberikan keleluasaan kepada Bulog dalam memasok beras untuk kebutuhan pasar dan memastikan harga terjamin.
Namun, Lutfi memastikan, angka 1 juta ton impor beras merupakan angka taksiran. Realisasinya bisa kurang atau lebih atau tidak sama sekali direalisasikan.
Pasalnya, pemerintah tetap memprioritaskan produksi dalam negeri yang dihasilkan petani. Indikator yang terpenting yakni cadangan beras di Bulog bisa kembali ke level 1 juta-1,5 juta ton dari saat ini sekitar 800 ribu ton.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) sebelumnya menegaskan belum tentu akan melaksanakan penugasan pemerintah terkait rencana impor beras sebanyak 1 juta ton tahun ini. Pasalnya, Bulog tetap akan memprioritaskan produksi dalam negeri dan kemampuan perusahaan dalam menyimpan beras.
"Walau kami dapat tugas impor 1 juta ton, belum tentu kami laksanakan karena kami prioritas produk dalam negeri yang sekarang sedang panen raya," kata Buwas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto