Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Erick: Menko Luhut & Saya Akan Perluas Kerja Sama Baterai Mobil Listrik dengan Amerika & Jepang

Erick: Menko Luhut & Saya Akan Perluas Kerja Sama Baterai Mobil Listrik dengan Amerika & Jepang Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri BUMN, Erick Thohir, resmi mendirikan holding industri baterai kendaraan listrik atau Indonesia Battery Corporation (IBC) yang beranggotakan PT Inalum, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Antam Tbk.

Dalam pengoperasiannya, IBC turut menggandeng dua perusahaan baterai kendaraan listrik (EV battery) raksasa dunia, yakni China's Contemporary Amperex Technology (CATL) asal China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan. Baca Juga: Perusahaan Raksasa Sekelas Xiaomi Garap Mobil Listrik, Harga Sahamnya Meroket!

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Indonesia Battery Corporation nantinya tidak hanya bekerja sama dengan kedua korporasi tersebut. Ada kemungkinan untuk berkolaborasi dengan partner asing lain semisal Amerika Serikat dan Jepang. Baca Juga: Anak Perusahaan Milik Luhut Pandjaitan Teken Kontrak Jual Beli Tenaga Listrik dengan PLN

"Karena itu, di pertengahan April ini, Pak Menko Luhut dan saya bersama Menteri Perdagangan, kita juga akan ke Amerika Serikat. Salah satunya melihat potensi kerja sama dengan pihak yang di Amerika," kata Erick dalam teleconference, Jumat (26/3/2021).

"Kita juga ada rencana untuk mendatangi negeri Jepang, yang tidak lain juga ingin bicara hal yang sama," tambah Erick.

Oleh sebab itu, Erick tak ingin orang berpikir jika pendirian Indonesia Battery Corporation ini hanya bermitra dengan satu-dua partner saja. Erick menegaskan, Kementerian BUMN ingin perusahaan holding tersebut terkonsolidasi dengan banyak pihak.

Sebab, dia khawatir proses hilirisasi baterai kendaraan listrik nantinya tidak berjalan dengan baik. Sehingga pada akhirnya hanya mengalihkan kekayaan alam Indonesia untuk dipakai bangsa lain

"Kontrol ini bukan berarti memonopoli, tapi kita ingin memakai perusahaan ini jadi lalu lintas daripada hilirisasi dan value added supaya kita punya bargaining power yang lebih besar dari negara lain, yang selama ini kita dilihat hanya sebagai market," kata Menteri BUMN.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: