- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
3 Kebakaran Kilang Pertamina yang Pernah Terjadi Sebelum Kilang Balongan, Berikut Catatannya
Kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) kembali terbakar pada Senin, 29 Maret 2021 dini hari. Kali ini merupakan Refinery Unit VI Balongan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat atau dikenal juga dengan sebutan Kilang Balongan. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 00.45 WIB dan menyebabkan kobaran api yang cukup besar.
Tak hanya itu, kebakaran yang dipicu petir ini juga menyebabkan timbul getaran dan kerusakan kaca juga plafon sejumlah bangunan dan rumah milik warga yang ada di sekitarnya. "Pertamina telah menyiapkan tempat untuk evakuasi dan pengungsian sementara bagi warga sekitar di GOR Perumahan Bumi Patra dan Pendomo Kabupaten Indramayu," kata Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional, Ifki Sukarya, dalam keterangan tertulis, Senin (29/3/2021).
Baca Juga: Pertamina Upayakan Pemadaman Insiden Kebakaran Kilang Balongan
Faktanya, Kilang Balongan yang beroperasi sejak 1994 itu bukan pertama kali terbakar pada hari ini. Pada 2007, kilang yang menghasilkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) untuk DKI Jakarta dan sekitarnya itu pernah terbakar. Selain Kilang Balongan, kilang-kilang lain milik Pertamina juga pernah terbakar. Ternyata, kebakaran kilang minyak juga pernah terjadi di sejumlah lokasi di Indonesia.
Berikut adalah catatannya:
Pertama, Kilang Balikpapan
Kebakaran pernah terjadi pada 2010 dan 2019. Pada 2010, kebakaran terjadi akibat kebocoran pipa reboiler debutanizer yang dialiri gas bertekanan tinggi. Kebakaran terjadi di pipa produksi.
Lalu pada 2019, Kilang Balikpapan dua kali terbakar, yakni pada April dan Agustus. Kebakaran yang terjadi pada April 2019 bermula dari kebocoran akibat patahnya pipa penyalur minyak mentah dari Terminal Lawe-lawe ke Penajam Pasir Utara untuk selanjutnya diteruskan ke Kilang Balikpapan.
Sementara pada Agustus 2019, kejadian bermula dari percikan api di pengerjaan perbaikan pipa. Kebakaran terjadi saat perseroan tengah meningkatkan kapasitas kilang. Targetnya kala itu, produksi dan kualitas produk dari kilang bisa meningkat dari standar Euro II menjadi Euro IV.
Kedua, Kilang Cilacap
Pada 2011 dan 2016. Pada 2011, kebakaran terjadi di tangki minyak ringan (High Octane Mogas Component/HOMC). Akibat kebakaran, Pertamina merugi hingga US$30 juta kala itu. Kebakaran diduga terjadi karena kesalahan teknis.
Pertamina mencopot empat manajer perseroan, lalu memutasinya. Sementara pada 2016, kebakaran diduga terjadi karena panas berlebih di tangki aspal. Hal ini kemudian memunculkan percikan api dan kebakaran. Namun, tidak ada gangguan produksi setelahnya karena api bisa dipadamkan dalam waktu cepat.
Ketiga, Kilang Putri Tujuh Dumai
Kilang Dumai juga pernah meledak dan memunculkan kebakaran pada 2014. Kebakaran terjadi karena kenaikan temperatur di Hydrocracking Unit (HCU) 211 yang kemudian memunculkan percikan api.
Tidak ada alarm atau peringatan bahaya yang dibunyikan terkait kejadian ini. Warga di sekitar lokasi merasa khawatir akan bahaya yang bisa ditimbulkan. Warga meminta pihak Pertamina bertanggung jawab atas kecemasan yang dialami warga.
Pertamina pun berjanji akan membunyikan alarm tanda bahaya jika suatu hari hal serupa kembali terulang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: