Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinilai Tak Ada Prestasi, Puan Disebut Susah Dijual sebagai Capres

Dinilai Tak Ada Prestasi, Puan Disebut Susah Dijual sebagai Capres Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masyarakat dinilai tak terlalu apresiatif atas kinerja Puan Maharani yang selama di era pemerintahan Jokowi menempati posisi penting baik di eksekutif (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) maupun di legislatif sebagai Ketua DPR RI.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan sang ibu Megawati Soekarnoputri telah berkali-kali mengorbitkan Puan di beberapa jabatan strategis. Sayangnya hingga saat ini, kata Jamiluddin, tidak mendengar prestasi monumental saat Puan menjabat Menko PMK. 

"Bahkan program revolusi mental yang berada di bawah kendali Menko PMK, tak jelas hasilnya," ungkap Jamiluddin.

Minus prestasi juga terlihat saat Puan menjabat Ketua DPR RI. Setelah memimpin DPR RI satu setengah tahun, tidak ada gebrakan yang membuat masyarakat kagum terhadap dirinya dan DPR RI. 

Masyarakat hanya tahu kasus kontroversial Puan saat mematikan pengeras suara pada suatu acara paripurna.

"Dengan dua jabatan bergengsi itu, seharusnya elektabilitas Puan sudah meroket," terangnya.

Sebab, bagi Jamiluddin, dua jabatan itu berhubungan langsung dengan masyarakat. Sehingga, kalau ia menonjol tentu elektabilitasnya sudah tinggi.

Namun, kenyataannya elektabilitas Puan sangat rendah. Hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Puan hanya 1,1 persen. Bahkan hasil survei Parameter Politik Indonesia (PPI), elektabilitasnya hanya 0,7 persen.

"Jadi terlihat ada kaitan antara prestasi jabatan publik dengan elektabilitas seseorang. Semakin menonjol prestasinya sebagai pejabat publik, maka akan semakin tinggi elektabilitasnya,"terangnya.

Sehingga, dengan rendahnya elektabilitas Puan selama menjadi pejabat publik, maka diperkirakan elektabilitasnya memang sulit untuk dikerek. Nilai jual Puan tampak rendah, sehingga akan menyulitkan relawan dan PDIP membrandingnya. Hal itu akan menyulitkan Megawati Soekarno untuk mengusung Puan menjadi capres.

Apalagi, sambung Jamiluddin, kalau Megawati diperhadapkan adanya kader PDIP yang elektabilitas tinggi, seperti Ganjar Pranowo. Sebagai panutan di PDIP, tentu Megawati harus objektif saat memutuskan siapa yang layak menjadi capres, Puan atau Ganjar. 

Kalau hasil survei relatif stabil hingga pertengahan 2023, maka pilihan paling rasional tentulah Ganjar. "Puan dengan berat hati harus rela tidak diusung jadi capres," ungkap Jamiluddin.

Namun, jika pilihan capres lebih bersifat politis, maka Megawati Soekarnoputri akan tetap memilih Puan. Risikonya, peluang Puan tidak terpilih pada Pilpres 2024 akan sangat besar. 

Dalam kondisi elektabilitas rendah, yang paling rasional Puan diusung menjadi cawapres. Di sini Puan berpeluang mendampingi Prabowo yang selama ini elektabilitasnya sangat tinggi. "Megawati berpeluang memilih opsi ini bila elektabilitas Puan tetap jeblok," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: