Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Din Syamsuddin, mengungkapkan penyebab teror masih terjadi di Tanah Air.
Menurut dia, penyebab teror ada kaitannya dengan masalah kesalahan dalam memahami agama itu sendiri, non keagamaan, dan faktor internasional.
“Pertama, ada faktor keagamaan yaitu pemahaman yang salah atau gagal paham terhadap agama, terutama terhadap ayat-ayat kitab suci yang kemudian dipelintir sehingga agama dalam konteks terorisme ini disalahgunakan,” ujarnya, dalam acara sarasehan kebangsaan ke-42 DN-PIM bertajuk “Aksi Teror Mengapa Terulang Lagi?”, seperti dilansir rmol, Selasa (6/4).Baca Juga: Curhat Din Syamsuddin dari soal Radikalisme hingga Korupsi Dana Bansos Juliari
Karena itu, ia mengatakan hampir semua agamma selalu ada kelompok yang menyalahgunakan agama tersebut.
“Dan maaf saya harus katakan, di semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan agama untuk tujuan kekerasan atau terorisme,” tuturnya. Baca Juga: Ibu Muda Diamankan Densus 88 di Sukabumi, Diduga Kasus Terorisme
Kemudian, faktor lainnya adalah non agama. Yakni, sosial, ekonomi, politik, yang terutama menyangkut dimensi ketidakadilan.
Baca Juga: Pengacara Habib Rizieq Tanggapi Pengakuan Terduga Teroris Anggota FPI
Baca Juga: Dengar! Hei Teroris FPI yang Ancam Ledakan SPBU Agar Rizieq Bebas, Anda Pantas Dihukum Mati
Baca Juga: Sikat Pentolan Teroris Itu Sangat Mudah, Elite PKPI Langsung Blak-blakan...
Menurut dia, faktor ini kerap dijadikan latarbelakang pelaku untuk melakukan teror sebagai sebuah pembenaran.
Selanjutnya, Din Syamsuddin mengungkit aksi teror menara kembar Amerika Serikat (AS).
Din mengatakan, sejak peristiwa aksi teror di menara kembar, ada penghimpitan atau penunggangan aksi-aksi teror itu oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya bertujuan politik.
“Saya selalu mengatakan kesalahan fatal dari Presiden AS, Josh W. Bush yang waktu itu didukung oleh Tony Blair, dan juga Australia yaitu melakukan atribusi penisbatan aksi teror terhadap Islam,” ungkapnya.
“Kemudian melakukan generalisasi yang sangat berbahaya, seolah-olah seluruh umat Islam adalah radikal dan teroris,” imbunya.
Selain itu, juga stigmatisasi suatu agama, terutama oleh pers di dunia barat itu.
“Ini yang kemudian berubah bergeser dan saya mengamati, ada kegamangan di dunia barat sana itu untuk mengidentifikasi siapa kelompok ini,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil