Guna memenuhi permintaan tersebut, Jali harus memutar otak cari cara agar permintaan konsumennya terpenuhi. Mengandalkan jejaring yang ia bangun, kemudian ia bekerja sama dengan koleganya di Lampung mendatangkan mesin dengan kapasitas lebih besar yakni 300 kg per jam.
"Dengan mesin ini, minimal per minggu kami bisa produksi mencapai 5 ton pakan ikan. Untuk masalah harga, kami banderol masing-masing pakan tenggelam Rp6.500 per kg, sementara pakan apung Rp7.000 per kg. Kalau masalah omzet penjualan, rata-rata bisa mencapai Rp30 juta per minggu atau Rp120 juta per bulan. Dari nilai ini kami sisihkan labanya sebesar Rp200 per kg untuk kas kelompok," beber pria berambut gondrong ini.
Jali mengaku, saat ini kelompoknya merasa kewalahan memenuhi permintaan pakan mereknya, padahal kapasitas produksi mesin masih terbatas.
Ia bermimpi untuk meningkatkan kapasitas produksi mesin menjadi sekala medium, paling tidak yang berkapasitas maksimal 500 kg per jam. Hal lain yang ia inginkan yakni alat transportasi untuk pengiriman pakan terutama ke luar daerah. Menurutnya, ini penting untuk menekan biaya logistik.
Hal ini pula yang ia utarakan langsung ke Menteri Kelautan dan Perikanan sebelumnya yakni bantuan alat transportasi mobil angkut dan mesin berkapasitas medium.
"Di depan pak Edhy Prabowo saat berkunjung ke BBPBAP Jepara, saya utarakan agar kelompok mendapat dukungan mobil angkut dan waktu itu beliau menyanggupi," tutur Jali penuh harap.
Untuk ketersediaan bahan baku, Jali mengaku tidak ada masalah. Kelompoknya telah menjalin kerja sama dengan BBPBAP Jepara untuk suplai bahan baku.
Bentuk Jejaring dengan Wadah Catfish 3 M
Ketenaran merek pakan Jali Lele secara langsung turut memicu respons masyarakat untuk menggeluti usaha budi daya ikan lele di Kabupaten Demak. Hal ini pula yang melatarbelakangi Jali untuk berinisiatif membentuk wadah yang menaungi seluruh bidang usaha lele dari hulu hingga hilir. Wadah yang ia berinama "Catfish 3 M" dan memiliki slogan "Maju, Mandiri dan Modern" ini dibentuk dengan tujuan membangun jejaring pada setiap subsistem dalan mata rantai bisnis lele.
Adapun bidang usaha yang telah dikembangkan mulai dari bidang usaha pakan mandiri Jali Lele, pembenihan, produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil. Menurut Jali, wadah ini nantinya akan didorong untuk menciptakan usaha yang terintegrasi sehingga usaha yang digeluti lebih efisien.
Wadah ini juga telah dijadikan sarana berbagi informasi terkait teknologi, akses input produksi dan pasar. Jali bermimpi nantinya wadah ini jadi cikal bakal unit usaha kelompok yang menaungi seluruh pelaku usaha budi daya di Kabupaten Demak.
"Saya coba untuk dorong supaya mereka yang tergabung dalam wadah ini bisa maju bersama-sama, menikmati nilai tambah yang sama. Semua yang memakai pakan Jali Lele dipastikan mendapatkan pendampingan agar terus bertahan dan berkembang. Desa wisata Tlogoweru akan kami jadikan dulu sebagai model, nanti ke depan di Demak bisa muncul kampung-kampung yang sama, sehingga ada gerak ekonomi lokal", tegas Jali diplomatis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: