Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembangunan Sudah 97 Persen, CERI Soroti Proyek Smelter Feronikel Halmahera Timur

Pembangunan Sudah 97 Persen, CERI Soroti Proyek Smelter Feronikel Halmahera Timur Kredit Foto: En.wikipedia.org
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia CERI Yusri Usman menyoroti berlarut-larutnya proyek pembangunan smelter feronikel PT Antam di Halmahera Timur (Haltim), yang kondisi fisik pembangunannya yang sudah mencapai 97,98 persen.

Menurut dia, seharusnya smelter tersebutt saat ini sudah berjalan.  

"Harusnya sudah berjalan produksinya agar cepat mengembalikan investasinya," kata Yusri, dalam keterangan tertulisnya, yang diterima di Jakarta, Senin (12/4/2021). Baca Juga: Senggol BUMN, Orang DPR Bawa-Bawa Proyek Smelter yang Mangkrak

Tak hanya itu, ia juga menyoroti proyek smelter feronikel di Haltim yang rencananya sinergi dengan PT PLN tersebut, sampai saat ini operasionalnya tertunda lantaran belum ada aliran listrik. 

"Ini pasti terjadi kesalahan fatal dalam perencanaannya maupun pelaksanaan. Harusnya berbarengan, bangun smelter juga bangun pembangkit listriknya." katanya.

Sementara itu, soal surat yang dikirimkan PT PLN ke PT Antam tetanggal 23 Juli 2020. Dalam surat yang ditandatangani Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan Bob Saril, PLN menawarkan harga sebesar Rp595,65 per kilo watt per hour (kwh).  Baca Juga: PLN Salurkan Bantuan Masyarakat Terdampak Badai Seroja NTT Senilai Rp620 Juta

Namun sampai saat ini surat tersebut belum mendapat balasan dari PT Antam. 

"Tidak ada respons PT Antam membalas surat dari PT PLN menunjukkan sinergi antar-perusahaan pelat merah tak berjalan. Sinergi hanya sebatas di atas kertas. Hanya sebatas Permen, faktanya di lapangan tak berjalan," katanya.

Lebih jauh Yusri mengatakan, lambannya PT Antam membalas surat dari PT PLN mengundang kecurigaan. Yusri menyinggung isi surat terkait PLN menawarkan harga sebesar Rp595,65 per kilo watt per hour (kwh). 

"Di surat tertulis soal harga. Harusnya PT Antam menjawab surat dari PT PLN itu. Apakah harga yang ditawarkan kemahalan? Kalau kemahalan, lakukan negosiasi. Harusnya saling berargumentasi kenapa harga per kwh-nya sekian. Nggak usah berlama-lama merespons suratnya," ucap Yusri. 

Diketahui tender lelang pengadaan power plant telah digelar sejak 2017. Namun belakangan terungkap kalau proses tender itu berbelit-belit. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: