Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Bernard Wijaya: Strategi Investasi di Era Pemulihan Ekonomi Pasca-Pandemi

KOL Stories x Bernard Wijaya: Strategi Investasi di Era Pemulihan Ekonomi Pasca-Pandemi Kredit Foto: Instagram Bernard Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kondisi perekonomian di Tanah Air diperkirakan masih akan tertekan oleh pandemi Covid-19 yang mulai menyengat sejak Maret 2020. Ada beberapa catatan yang membuat ekonomi di Indonesia masih belum akan pulih sepenuhnya. Hal tersebut pun akan mempengaruhi kondisi pasar modal di Indonesia.

Pasalnya, dengan kondisi ekonomi yang masih tertekan, pasar modal pun diprediksikan masih akan terkonsolidasi. Ada dua faktor yang menekan kondisi ekonomi di dalam negeri yang belum cukup mendorong optimisme pelaku pasar.

Baca Juga: KOL Stories x Timothy Ronald: Meraup THR dari Hasil Cuan Saham, Mungkin Gak Ya?

Pertama, perekonomian menengah-bawah yang belum membaik terindikasi oleh data penyaluran kredit bank yang masih rendah (Bank Indonesia mencatat -2,15% pada Februari) dan aktivitas di pasar-pasar tradisional yang belum menggeliat. Indikasi itu semakin menguatkan prediksi bahwa aktivitas ekonomi sepanjang bulan puasa belum akan meningkat tajam seperti harapan pelaku pasar.

Padahal, laju aktivitas ekonomi pada bulan puasa adalah indikator utama yang umum dijadikan referensi aktivitas ekonomi hingga akhir tahun.

Kedua, percepatan sebaran vaksin diharapkan dapat berjalan lancar. Dengan rata-rata vaksin per hari sekitar 40.000 orang sat ini maka diprediksi jumlah penerima vaksin dalam 6 bulan ke depan berada pada kisaran angka 7,2 juta orang, masih sangat rendah dibandingkan dengan target seluruh penduduk yang berada pada angka 260 juta jiwa.

Melihat kondisi tersebut, kita pun perlu menyiapkan strategi yang tepat dalam berinvestasi. Warta Ekonomi melalui program KOL Stories berinisitiatif untuk membantu para investor khususnya investor pemula untuk meramu strategi investasi yang tepat bersama dengan CEO Sucor Sekuritas, Bernardus Wijaya.

Bernadus diketahui sangat gencar memberdayakan milenial agar mereka berhasil berinvestasi di saham untuk memersiapkan masa depan mereka. 

Menurut Anda, bagaimana kondisi pasar modal saat ini? Lalu, bagaimana prospek pasar modal ke depan mengingat kondisi ekonomi yang belum pulih?

Terkait pergerakan IHSG hari ini, kita juga bisa melihat berdasarkan market regional yang tadi pagi juga di awal sesi berada di zona merah. Kenapa? Pertama, ini terkait BPJS ketenagakerjaan di mana pelaku pasar masih dibayangi ketakutan adanya aksi jual saham yang dilakukan oleh BPJS mereka, sehingga menyebabkan investor wait and see terlebih dahulu sampai saham yang dijual BPJS mulai usai.

Kedua, ini kaitannya dengan US treasury yield bond, di mana kita bisa melihat data inflasi AS diperkirakan naik 2,4 persen di bulan Maret 2021.Jika inflansi meningkat, maka ada potensi yield bond dalam 10 tahun itu mengikuti inflasi juga meningkat.

Dengan meningkatnya US treasury yield bond, para investor cenderung memindahkan instrumen investasinya dari agresif ke mode yang lebih safe. AS cenderung lebih safe, karena mata uang yang stabil dan menjadi pusat perekonomian dunia, apalagi yield bondnya meningkat. Tidak heran, selama satu bulan terakhir, asing cenderung melakukan aksi nett sale di bursa IHSG dan bursa asing lainnya, karena mereka ingin memindahkan dananya dari bursa negara berkembang ke bursa AS, terutama masuk ke obligasi terlebih dahulu, baru kemudian masuk ke sahamnya.

Tidak mengherankan bursa Asia, terutama Indonesia sangat lemah belakangan ini. Padahal Dow Jones ditutup dan menciptakan all time high record, di mana Jumat kemarin ditutup di angka 33.800,60.  

Jadi kalau kita melihat sampai nanti Lebaran, kisarannya sekitar 1 minggu setelah Lebaran, IHSG cenderung akan bergerak ke sidewaysSideways-nya ini cenderung bergerak di range angka 5.780 hingga 6.160. Potensinya masih sulit menembus MA100 di area 6.089, tapi ini potensinya bisa jadi potensi kita untuk melakukan akumulasi pembelian. Kenapa masih ada potensi penurunan? Pertama ada kaitannya dengan BPJS TK, kedua tentang inflasi di AS yang sangat tinggi sehingga semua memindahkan kesana.

Tetapi yang ketiga ini perlu kita perhatikan adalah biasanya ketika Lebaran, banyak orang menarik dananya dari capital market, kemudian direalisasikan ke real money untuk melakukan pembelanjaan di sektor riil, renovasi rumah, dan belanja barang menjelang momen hari raya tiba.

Keempat, menunggu laporan keuangan Q1. Laporan ini akan keluar paling lambat di bulan Mei 2021 ini, dan potensinya masih belum pulih, karena stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah itu baru efektif di Q2 ini atau bulan Maret, sehingga di Q1 belum bisa ter-reflect. Kemungkinan besar di Q2 seiring dengan kemampuan perusahaan sudah membaik, maka IHSG akan mengikuti. Potensinya sampai akhir tahun, IHSG diperkirakan mencapai angka 6.800. 

Pasar modal kebanjiran investor milenial dalam setahun terakhir. Bagaimana pandangan Anda melihat pola investasi para investor milenial? 

Berdasarkan data di semua sekutritas, saya melihat turn over transaksi di kalangan milenial cenderung lebih besar daripada kalangan yang lebih senior usianya. Kenapa? Ini karena kalangan milenial cenderung kurang sabar dibandingkan dengan investor yang lebih senior, terutama bagi orang yang baru join ke market yang lebih besar di kala pandemi.

Inilah yang perlu diwaspadai, karena sebetulnya instrumen saham bukanlah sebuah instrumen yang dipergunakan untuk jangka pendek, tetapi kita harus berfokus pada jangka panjang.

Kedua, teman-teman mau trading cepat, it’s okay, baik itu di trading, scalper, atau swing trading. Yang terpenting adalah perhatikan money management-nya dan atur list management-nya, terutama jika teman-teman melakukan trading di saham yang volatile.

Dan jika teman-teman ingin berinvestasi di saham, sebaiknya jangan semua ditaruh secara agresif, tetapi kita harus ada money management, mana yang harus kita taruh secara defensif, jangka menengah atau panjang, itu juga perlu diperhatikan. Ketiga, kita jangan FOMO.

Banyak milenial ini kecenderungannya itu FOMO, sehingga akhirnya mereka terjebak dan sahamnya tidak bisa keluar. Oleh karena itu, milenial harus pahami risk profile sebelum masuk ke dunia saham, karena pasar saham punya potensi kerugian atau capital loss, apalagi jika likuiditas sahamnya kurang baik, dan juga perhatikan mengenai mindset, bahwa jangan berfokus pada jangka pendek, melainkan konsisten hingga jangka panjang. 

Apa langkah yang harus diambil investor khususnya investor pemula ini di kala kondisi perekonomian yang kurang mendukung? Apakah harus meningkatkan investasi atau malah lebih baik mengambil posisi wait and see?

Pertama, perhatikan time horizon-nya, apakah jangka pendek, menengah, atau panjang. Jika memilih jangka pendek, kita harus disiplin stop loss. Jangan kehilangan uang kamu lebih dari 10 persen. Kemudian jika memilih jangka menengah atau panjang, perhatikan fundamental company-nya, apakah performanya akan membaik di Q2, yang mampu mempengaruhi perjalanan sahamnya.

Jika fundamentalnya cukup baik, dalam jangka waktu setengah tahun kedepan potensinya masih cukup baik, karena saham yang fundamentalnya baik merupakan proxy to recovery. Tetapi jika fundamental-nya tidak baik, maka jangan, karena pada akhirnya teman-teman akan loss money dalam jumlah yang besar. Jadi pahami time horizon dan fundamental perusahaan.

Guna terhindar dari kerugian ada baiknya investor memiliki strategi dalam berinvestasi. Nah, strategi investasi seperti apa yang sebaiknya diramu para investor di era pemulihan ekonomi pasca pandemi?

Saya juga meng-encourage teman-teman untuk terus menanamkan mindset bahwa jangan trading for living dulu, apalagi bagi pemula. Istilahnya teman-teman perlu melakukan diversifikasi income, jadi active income-nya tetap harus ada, tetap bekerja memaksimalkan talenta masing-masing, jangan hidup YOLO.

Selanjutnya, jangan tertekan di pasar saham, harus selalu bahagia. Cara itu gunakan uang dingin, eksposurnya senyaman teman-teman, karena setiap orang memiliki latar belakang kondisi finansial yang berbeda, dan jangan ikut-ikutan.

Ketiga, teman-teman jangan lupa untuk bersyukur, karena setiap orang memiliki jatahnya masing-masing dari Tuhan. Jangan membandingkan berkat kalian dengan orang lain, Karena jika begitu ada nada iri hati, sehingga akan membuat ketidaknyamanan dan berdampak pada kerugian di pasar saham.

Apa saja kesalahan yang kerap dilakukan investor pemula kala membuat strategi investasi? 

Jadi kita bisa flashback untuk melihat trading value di IHSG sempat mencetak rekor di bulan Desember-Januari di kisaran 30 triliun per harinya. Tetapi hal ini mulai berakhir, dan apa dampaknya? Dampaknya bisa terlihat dari value-nya saja mulai turun. Apa yang harus kita waspadai? Kita jangan FOMO.

Sebelum memilih saham, kita harus melakukan analisis sendiri. Kita cek, apakah secara valuation PE PBV secara technical pembelian saham tersebut sesuai risk profile kita atau tidak. Kalau tidak sesuai, jangan banyak belinya, karena money management itu penting. 5 persen atau 10 persen eksposur dari portfolio teman-teman sudah cukup besar. Biasanya yang membuat kalian FOMO adalah jika kalian melihat profit orang lain yang besar, namun saham kalian tidak bergerak.

Jangan lupa, kalian ingin trading atau investasi di saham? Kalau ingin trading, maka harus set stop loss, tetapi jika ingin investasi, maka lakukan secara bertahap, kemudian buang saat target price-nya sudah tersentuh. 

Adakah pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada para penonton yang hadir sore hari ini?

Untuk teman-teman yang ingin masuk ke pasar saham, jangan lupa 3 M + 1 D, Mindset, Method, Money Management dan Discipline harus menjadi modal utama selain modal 100 ribu rupiah untuk membuka rekening di Sucor Sekuritas, dan tentu saja kita sebagai investor saham harus mau belajar berjuang dan terus meningkatkan ilmu kita, yaitu investasi leher keatas.

Oleh karena itu, jangan lupa untuk selalu ikut webinar atau kelas yang banyak diselenggarakan oleh Sucor Sekuritas. Jangan lupa untuk buka rekening di Sucor Sekuritas, karena kita punya komunitas yang saling membangun untuk saling belajar satu sama lain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: