Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Sukses Startup: Grab, dari Proyek Kuliah Hingga Jadi Bisnis Bernilai Miliaran Dolar

Kisah Sukses Startup: Grab, dari Proyek Kuliah Hingga Jadi Bisnis Bernilai Miliaran Dolar Kredit Foto: TechCrunch
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tahukah Anda? Salah satu perusahaan teknologi paling berharga di Asia Tenggara, Grab, dulunya merupakan proyek kuliah pendirinya, Anthony Tan dan Hooi Ling Tan di Universitas Harvard. Kini, perusahaan itu memiliki valuasi 40 miliar dolar AS.

Keduanya bertemu di mata kuliah Bisnis di Dasar Piramida yang mengajari mahasiswa tentang cara perusahaan beroperasi di pasar berpenghasilan rendah, dikutip dari KrAsia, Senin (26/4/2021).

Mereka memikirkan ide bisnis itu untuk Kompetisi Usaha Baru Sekolah Bisnis Harvard (NVC) pada 2011: menghubungkan pengemudi dan konsumen taksi melalui teknologi demi membuat taksi lebih aman di Malaysia.

Baca Juga: Terlibat Penipuan Cryptocurrency, 4 Petinggi Bursa Kripto Ini Diringkus!

Baca Juga: Kisah Sukses Startup: Orang Ini Setop Kerja di AS Demi Jadi Produsen Motor Listrik Besar ASEAN

Pada 2008, Kuala Lumpur terkenal dengan reputasi taksi terburuk di dunia. Kendaraan lusuh, penumpang perlu bernegosiasi dengan pengemudi guna menetapkan tarif, hingga banyaknya laporan supir taksi melakukan perampokan dan pemerkosaan.

Berdasarkan ceritanya kepada Bloomberg TV, Hooi Ling Tan mengembangkan sistem pelacakan GPS manual yang ia gunakan jika lembur saat menjadi analis bisnis di McKinsey Kuala Lumpur pada 2006-2009. Ia bercerita, "Akan mengirim SMS kepada ibu dengan nama pengemudi dan nomor plat mobil sehingga ibunya dapat memprediksi keberadaannya."

Dari situ, Anthony Tan dan Hooi Ling Tan tahu ada peluang untuk mengubah pertaksian Malaysia; memberi nilai tambah bagi penumpang dan pengemudi lewat teknologi. Berkat ide itu, Sekolah Bisnis Harvard menghibahkan 25 ribu dolar AS pada 2011.

Anthony Tan sendiri berasal dari keluarga distributor mobil terbesar di Malaysia, salah satu yang terkaya di negara itu. Tan sempat berkecimpung di bisnis keluarga sebelum fokus mengembangkan Grab pada 2012.

Sebaliknya, Hooi Ling Tan tumbuh dalam lingkungan kelas menengah. Akan tetapi, banyak yang menyebut keluarganya merupakan golongan menengah-atas. Ayahnya insinyur sipil, ibunya pialang saham. Setelah menempuh studi di sekolah umum Malaysia, ia pindah ke Inggris guna belajar teknik mesin di Universitas Bath.

Kisah Awal Grab

Meski kaya raya, Anthony Tan merupakan wirausahawan rendah hati, menurut Managing Partner Vertex Ventures Southeast Asia & India, Chua Joo Hock. Ia adalah investor pertama Grab pada 2014.

"Kami tahu, ia memiliki misi melakukan sesuatu yang besar. Kami menyukai pendiri yang mendengarkan dan itulah yang Anthony lakukan," ujar Chua.

Fitur utama Grab, memesan taksi terdekat dan berbagi perjalanan begitu penting meningkatkan kenyamanan dan keamanan; hal itu membuat Vertex mau menyuntikan modal untuk startup tersebut.

Pada 2016, Grab memindahkan kantor pusat dari Malaysia ke Singapura, membentuk tim penelitian dan pengembangan serta 1 regu operasional. Grab berambisi besar, tetapi rencana mereka harus berjalan dengan sumber daya teknik terbatas.

Untuk itu, perusahaan mesti kreatif menarik pengemudi agar dapat menjalankan bisnis ride-hailing. Grab sering kali memberi sejumlah tunjangan di luar insentif. Misalnya, membagikan beras di Filipina dan mengadakan undian berhadiah ponsel guna merayu pengemudi supaya bergabung dengan platform.

Produk tekfin pertama perusahaan juga membidik pengemudi, di mana mereka mesti memberikan rekening bank saat mendaftar ke Grab; perusahaan akan membantu mengajukan permohonan bagi calon pengemudi yang tak punya.

Senior Managing Director Financial Group, Reuben Lai menceritakan momen di mana ia harus bernegosiasi dengan sejumlah bank di Asia Tenggara guna menanyakan apakah mereka akan mengizinkan mitra Grab membuka rekening bank dan memberi pinjaman untuk membeli mobil.

"Saya mendapat penolakan oleh hampir semua bank, sampai ada perusahaan pembiayaan di Indonesia yang mengiyakan. Kami mulai membuat sistem penilaian, pengumpulan, dan pencairan. Itulah awal mula bisnis peminjaman kami," cerita Lai.

Dari sana, Grab mendapatkan lebih banyak mitra lembaga keuangan guna menawarkan layanan baru; termasuk asuransi bagi pengemudi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: