Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan di Abad 20, Indonesia Justru Kuasai Sawit Dunia sebelum Merdeka

Bukan di Abad 20, Indonesia Justru Kuasai Sawit Dunia sebelum Merdeka Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam truk di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mencatat volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada bulan Juli 2020 naik sebesar 13 persen menjadi 3,13 juta ton dari sebelumnya 2,76 juta ton dan ekspor produk olahan CPO naik sebesar 21,8 persen menjadi 1,97 juta ton dari sebelumnya 1,6 juta ton. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Popularitas Indonesia sebagai raja minyak sawit dunia tersohor sejak tahun 2006. Namun, jauh sebelum itu, Indonesia sudah mampu mengekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) sekitar 576 ton pada tahun 1919.

Volume ekspor tersebut berasal dari hasil panen kebun kelapa sawit milik perusahaan Belgia dan Jerman di kawasan Pulau Raja, Asahan dan Tanah Itam Ulu, Sumatera Utara serta Sungai Liput, Aceh.

Baca Juga: Manfaat Inklusif Kelapa Sawit di Tanah Papua

"Waktu itu baru satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Sungai Liput. PKS itu dibangun pada 1918. Empat tahun kemudian berdiri lagi PKS di Tanah Itam Ulu, Kabupaten Batubara, Sumut, sekarang," ungkap Direktur Eksekutif PASPI Monitor, Dr. Tungkot Sipayung seperti dikutip dari elaeis.co.

Lebih lanjut diceritakan Tungkot, munculnya Indonesia menjadi raja minyak sawit dunia tidak terlepas dari keberhasilan Belgia dan Jerman dalam mengusahakan kelapa sawit di Indonesia. Atas keberhasilan Belgia dan Jerman tersebut, satu-persatu perusahaan asing turut membudidayakan kelapa sawit, termasuk Belanda dan Inggris.

Alhasil, pada tahun 1920, sudah terdapat 34 perusahaan yang mengusahakan kelapa sawit di Indonesia. Pada tahun 1937, luas kebun kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 200 ribu hektare.

"Di tahun itu Indonesia sudah menguasai 40 persen pasar dunia; Malaysia 30 persen; Nigeria 13,7 persen; Kongo 8,6 persen; dan negara lainnya 7,13 persen," urai Tungkot.

Dari kondisi ini, sudah diketahui pasti bahwa semua pekebun sawit pertama di Indonesia merupakan perusahaan asal Eropa. Lalu pertanyaannya, mengapa sekarang orang-orang di Eropa justru membenci kelapa sawit?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: