Pada Mei tahun itu, Ankara menarik utusannya karena serangan mematikan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung yang memprotes keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kerap terlibat perang kata-kata, tetapi kedua negara terus berdagang satu sama lain.
Pada Agustus tahun ini, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada belasan anggota Hamas di Istanbul, menggambarkan langkah tersebut sebagai langkah yang sangat tidak ramah yang akan dilakukan pemerintahnya dengan pejabat Turki.
Baca Juga: Astagfirullah... Deru Jet Tempur Zionis dan Ledakan Iringi Perayaan Idulfitri di Gaza
Hamas merebut Jalur Gaza yang terkepung dari pasukan yang setia kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada 2007 setelah memenangkan pemilihan legislatif pada 2006. Sejak itu, Israel telah mengintensifkan pengepungannya dan melancarkan tiga serangan militer yang berlarut-larut di Gaza.
Sementara itu permusuhan berkobar setelah Hamas mengeluarkan ultimatum pada hari Senin menuntut agar Israel menarik mundur pasukan keamanannya dari kompleks Masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem setelah tindakan keras terhadap warga Palestina.
Senin menandai hari ketiga berturut-turut polisi Israel menggerebek situs tersuci ketiga umat Islam, menembakkan peluru baja berlapis karet, granat kejut dan gas air mata ke arah jamaah Palestina di hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan.
Peningkatan tersebut dipicu oleh rencana Israel untuk secara paksa mengusir penduduk dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki untuk memberi jalan bagi pemukim Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak serangan terbaru dimulai mencapai 56 orang, termasuk 14 anak-anak. Lebih dari 300 lainnya terluka. Enam orang Israel juga tewas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: