Israel dan Hamas Berlomba Saling Klaim Kemenangan atas Perang Gaza
Untuk menggulingkan Hamas, Israel perlu menduduki kembali Gaza dalam operasi yang berkepanjangan dan berdarah yang akan memicu kecaman internasional. Bahkan tidak ada orang Israel yang paling hawkish yang menyarankan hal itu. Dengan cara yang sama, Hamas tidak memiliki harapan untuk mencabut blokade Israel-Mesir yang diberlakukan di Gaza ketika merebut kekuasaan dari pasukan Palestina yang bersaing pada tahun 2007.
Roket-roket yang ditembakkan Hamas ke Israel telah membawa gelombang serangan udara Israel, dan sekitar seperempat proyektil Hamas gagal meluncur atau mendarat di Gaza.
Serangan Israel di Gaza yang dimulai sejak Senin hingga saat ini telah menewaskan 132 orang, termasuk 31 anak dan 20 perempuan.
Sedangkan di Israel ada 9 orang yang tewas, termasuk seorang tentara militer, akibat serangan roket dan rudal dari Gaza.
Namun dalam perhitungan kejam yang mengatur begitu banyak konflik di Timur Tengah, kemampuan untuk menembakkan atau tidak menembakkan roket memberi Hamas pengaruh yang dapat digunakannya untuk mencapai tujuan yang lebih terbatas. Kelompok militan itu dalam beberapa tahun terakhir mengamati gencatan senjata yang goyah dan tidak resmi dengan Israel, mempertaruhkan ketenangan untuk pelonggaran blokade dan ratusan juta dollar bantuan dari Qatar yang dikirimkan secara teratur melalui penyeberangan Erez Israel.
"Kematian dan kehancuran akibat serangan udara itu mengerikan," kata Tareq Baconi, seorang analis Crisis Group, sebuah wadah pemikir internasional, seperti dikutip AP, Sabtu (15/5/2021).
"Tetapi bagi Hamas, penderitaan seperti itu tidak bisa dihindari ketika orang-orang Palestina melawan pendudukan Israel."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami