Asset-heavy business model adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan model bisnis perusahaan yang biasanya memiliki banyak aset tetap secara langsung dan digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Berbeda dengan asset-light business model yang pada dasarnya mengontrol IP beserta layanannya, dan juga membayar sewa untuk menggunakan aset tetap yang tidak mereka miliki untuk menghasilkan pendapatan. Misalnya, Gojek tidak memiliki armada motor, tetapi harus membayar sebagian besar pendapatan per tumpangan kepada pengemudi motor atau ojek itu sendiri (dalam kasus ini disebut sebagai mitra).
Perusahaan asset-heavy umumnya terintegrasi secara vertikal, yang berarti mereka memiliki alat produksi dari ujung ke ujung, dari bahan mentah hingga produk jadi. Model bisnis asset-light mungkin tidak berfungsi untuk beberapa industri tertentu misalnya perusahaan penghasil minyak bumi, dan model bisnis asset-heavy mungkin mematikan beberapa bisnis lainnya. Ini merupakan tantangan bagi setiap perusahaan di industri mana pun untuk memilih model bisnis yang tepat atau mencapai keseimbangan di antara keduanya agar dapat menciptakan nilai bagi shareholders atau para pemegang saham.
Baca Juga: Apa Itu Asset-Light Business Model?
Keunggulan dan Kekurangan Asset-Heavy Business Model
Secara umum, bisnis asset-light memiliki pengembalian aset yang lebih baik di sebagian besar industri daripada perusahaan asset-heavy. Namun, ada beberapa keunggulan dari asset-heavy business model yang belum bisa dicapai oleh perusahaan yang mengadopsi asset-light model.
Keuntungan dari asset-heavy business model:
• Kontrol yang lebih besar atas produk-Zara adalah studi kasus yang bagus untuk itu. Berintegrasi secara vertikal cocok untuk mereka karena memungkinkan mereka untuk merespons tren dengan sangat baik;
• Memiliki margin yang lebih baik;
• Memiliki IP terbaik dan tahu bagaimana cara melindunginya.
Kekurangan:
• Perusahaan jenis ini umumnya tidak fleksibel sehingga tidak cocok untuk industri dengan perubahan yang cepat atau industri yang membutuhkan teknologi terkini agar dapat beroperasi dengan optimal;
• Pengembalian aset yang rendah. Meskipun ada margin kotor yang lebih tinggi, menghasilkan laba atas biaya awal yang sangat besar untuk memperoleh aset tetap menjadi tantangan tersendiri. Selanjutnya, tim manajemen harus bisa bergerak luar biasa dalam pemanfaatan aset secara efisien untuk menghasilkan pendapatan yang baik;
• Tidak ada skalabilitas yang cepat. Bisnis asset-heavy tidak dapat diukur dengan cepat karena biaya di muka yang tinggi. Itulah mengapa perusahaan teknologi lebih memilih asset-light karena teknologinya dapat diukur dengan cepat dan model bisnis dengan aset yang berat hanya akan menjadi penghalang saja.
Asset-heavy business model adalah bentuk model bisnis di mana pengeluaran modal yang signifikan diperlukan untuk memulai suatu bisnis. Model bisnis ini melibatkan kepemilikan atau penyewaan aset dan karena itu banyak memerlukan investasi modal di muka. Contoh terbaik dari bisnis asset-heavy adalah:
1. Bisnis Penerbangan dan Maskapai Penerbangan;
2. Hotel dan resor;
3. Perusahaan Distribusi Tenaga Listrik;
4. Perusahaan Telekomunikasi;
5. Perusahaan Manufaktur Besi, Baja dan Semen.
Kurangnya Pembaruan bagi Perusahaan yang Mengadopsi Asset-Heavy Business Model
Ada banyak sekali alasan mengapa banyak perusahaan yang mandek, sementara dunia di sekitar mereka telah berubah. Rasa takut akan hal-hal yang tidak diketahui, rasa puas diri, penolakan terhadap perubahan, dan kurangnya imajinasi menjadi faktor penghambat yang umum.
Pelayanan menjadi lebih rumit dengan membutuhkan pola pikir yang sama sekali berbeda. Ini dapat mengganggu dan menjungkirbalikkan strategi dan praktik bisnis yang telah lama dipegang, dan melengkapi atau menggantinya dengan filosofi bisnis yang baru, berpusat pada pelanggan, berorientasi layanan, dan perangkat yang berkaitan.
Selain itu, setiap penawaran layanan prospektif harus dikemas dengan benar, diberi harga, dan diperiksa secara menyeluruh untuk pertimbangan hukum, peraturan, dan kepatuhan. Tidak heran banyak perusahaan asset-heavy yang lambat mengadopsi hal ini.
Bisni Anda Perlu Berkembang dan Mengikuti Perubahan Zaman
Untuk industri yang mengadopsi asset-heavy business model, revitalisasi pasti akan menjadi lebih penting dan lumrah, maka dari itu pelanggan akan mengharapkannya. Jangan sampai ketinggalan. Tidak ada waktu yang lebih baik untuk mengembangkan bisnis Anda dan memberdayakan manajemen, penjualan, layanan, dan tim IT Anda untuk berkolaborasi dalam model bisnis baru.
Anda harus bertindak sekarang. Urgensi digital makin meningkat, bukan menurun. Anda harus berani menghadapi segala perubahan yang terjadi. Ubah budaya kerja Anda. Beri insentif kepada orang-orang untuk melakukan sesuatu yang inovatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: