Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Makin Keren, Sektor Hilir Industri Sawit Nasional Berkembang Pesat

Makin Keren, Sektor Hilir Industri Sawit Nasional Berkembang Pesat Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke atas mobil di Tarailu, Mamuju, Sulawesi Barat, Minggu (23/05/2021). Harga TBS kelapa sawit tingkat petani sejak dua bulan terakhir turun dari harga Rp1.900 per kilogram menjadi Rp1.680 per kilogram yang disebabkan banyaknya produksi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi strategis bagi perekonomian nasional. Selain mampu membangun ketahanan pangan dan kedaulatan energi, industri sawit juga mampu mendongkrak peningkatan kegiatan ekonomi domestik melalui pengembangan hilirisasi.

Pengamat industri sawit, Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan, hingga saat ini, perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit telah tersebar lebih dari 200 kabupaten di Indonesia. Perkebunan sawit nasional telah berkembang pesat, meluas baik dari hulu hingga hilir.

Baca Juga: Mendag Perkuat Kerja Sama dengan Rusia Terkait Beberapa Komoditas Termasuk Sawit

“Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak sawit inti (palm kernel oil/PKO), dan biomassa telah menjadi penopang perekonomian, terutama bagi daerah-daerah di sentra industri sawit,” kata Kanya. 

Industri sawit terutama sektor hilir juga telah berkembang pesat dengan produk olahan, baik produk setengah jadi maupun produk jadi, termasuk di dalamnya industri oleopangan, industri oleokimia, biolubrikan, biofarmasi, dan bioenergi (biodiesel, biopremium, bioavtur). Industri sawit juga mampu menghidupkan sektor jasa lainnya, salah satunya perdagangan.

“Hingga saat ini, produk turunan sawit sudah merambah ke bidang makanan, kecantikan, obat-obatan atau nutrisi kesehatan, kebersihan, bahkan energi untuk bahan bakar hingga listrik,” ungkap Kanya.

Menurut Kanya, selain dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, sawit dalam pengembangan lebih lanjut juga dapat diolah menjadi bensin dan avtur. Saat ini, produk CPO Indonesia dan turunannya sebanyak 70 persen dari total produksi per tahun di ekspor untuk kebutuhan global.

“Lebih dari 50 persen digunakan masyarakat internasional untuk kebutuhan pangan, sisanya sebagai bahan baku kosmetik dan produk kecantikan, obat-obatan, dan pembersih. Bahkan juga untuk kebutuhan biofuel di negara lain. Dari total ekspor tersebut, sekitar 80 persen berupa produk turunan CPO,” jelas Kanya. 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan, industri sawit menyumbang lebih dari 14 persen terhadap total penerimaan devisa ekspor nonmigas. Minyak sawit juga digunakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak fosil melalui program biodiesel. Indonesia masih harus terus mengembangkan hilirisasi industri sawit untuk mendorong peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri.

“Tidak hanya untuk meningkatkan nilai ekonomi, tapi juga kesempatan kerja dan kemandirian untuk sektor pangan maupun sektor lainnya,” kata Sri Mulyani.

Lebih lanjut Sri Mulyani menilai, industri sawit mampu menjadi big-push industry yang juga memiliki big-impact dalam perekonomian Indonesia. Industri sawit telah membuka lapangan pekerjaan cukup banyak, tidak terdampak pandemi yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para pekerjanya, serta menghasilkan devisa ekspor yang besar. Lebih dari 16 juta orang bekerja di industri sawit, yakni 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Selain itu, ada sekitar 2,4 juta petani sawit swadaya yang melibatkan sekitar 4,6 juta pekerja di dalamnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: