Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Effendi Simbolon, serius mengusulkan Ketua DPR RI Puan Maharani bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden RI pada perhelatan Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Menurut dia, usulan tersebut bukan cuma asal omong kosong belaka tapi sudah berdasarkan analisa mendalam.
"Itu bukan asbun (asal bunyi). Tapi itu saya telaah dari perjalanan bagaimana adanya suatu kelompok besar yaitu kelompok nasional yang tidak bisa kita kesampingkan, tapi sekaligus ada kelompok besar religius juga. Selama ini dalam satu periode terakhir berhadap-hadapan," kata Effendi saat diskusi virtual pada Sabtu, 5 Juni 2021. Baca Juga: Jangan Remehkan! Puan Maharani Tuh Jagoan, PDIP: Mas Ganjar Itu Levelnya Cuma Jadi....
Sebagai politisi, Effendi tentu melihat kekuatan dua kelompok tersebut bisa dipersatukan lagi demi kepentingan bangsa Indonesia. Tentu, ia mendorong supaya Puan yang merupakan elit PDI Perjuangan maju sebagai calon Presiden dan Anies mendampingi menjadi calon Wakil Presiden RI. Baca Juga: Jokowi 3 Periode, PDIP: Daripada Coba-Coba Presiden Baru, Mending Jokowi Saja!
"Saya pribadi mengusulkan pasangan itu adalah Mba Puan sebagai capres dan Mas Anies yang pasti didukung Mas Anies. Masa kita jadi nomor orang nomor duanya melihat angka (elektabilitas PDIP 22 persen), jadi cawapres, belum wapres lagi, masih calon. Itu kan kesannya kita kok tidak percaya diri bertanding, untuk apa? Wong berpolitik itu untuk berkuasa kok. Tapi bagaimana dikombinasikan, mari ini tantangan," ujarnya.
Oleh karena itu, Effendi kembali menawarkan bagaimana proses ini bisa dimulai sampai dua tahun ke depan. Tujuannya, untuk merangkul juga kelompok yang dianggap berseberangan dalam arti bisa rekonsiliasi antara kelompok nasionalis dengan kaum religius supaya 2024 nanti Indonesia damai tidak terkotak-kotak lagi.
"Memang tantangan bagaimana antara kolam katakanlah tadinya berseberangan fenomena terakhir bisa kita rajut, sehingga bisa rekonsiliasi nasionalis dengan kaum religius agar ke depan 2024 berdamai, tidak ada lagi kadrun, cebong. Itu saya tidak ngerti, belum apa-apa sudah membuat garis tegas antara dua komunitas besar yang ada di bangsa kita," jelas dia.
Namun demikian, Effendi menyerahkan sepenuhnya tawaran ini kepada Puan Maharani apakah mau atau tidak dipasangkan dengan Anies Baswedan untuk maju sebagai calon Presiden dan calon Wakil Presiden pada 2024. Jika Puan tidak berkenan, tentu wacana ini berakhir.
"Jadi bukan asbun, sepanjang Mba Puan mau. Masalahnya kan saya enggak tau Mba Puan mau atau tidak. Kalau enggak mau, ya sudah jangan lakukan apa-apa. Tapi kalau mau walau belum ada keputusan dari Ibu (Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri), kita jalan dulu untuk melihat tes ombak, melihat kondisi di berbagai Indonesia barat, tengah dan timur," katanya.
Sementara Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno membuat empat simulasi pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden pada 2024. Pertama, pasangan Prabowo-Anies meraih 43,8 persen melawan Puan-AHY yang mendapatkan 13,9 persen.
Simulasi kedua, pasangan Anies-AHY memperoleh 35,9 persen melawan pasangan Prabowo-Puan cuma 21,8 persen. Selanjutnya, simulasi pasangan Prabowo-Ganjar mendapatkan 35,7 persen melawan Anies-Sandi sebanyak 32,1 persen. Terakhir, simulasi pasangan Prabowo-Sandi sebesar 37,7 persen melawan Puan-Anies sebanyak 25,1 persen.
Parameter Politik Indonesia melakukan survei dengan sampel sebanyak 1.200 responden pada 23-28 Mei 2021. Kemudian, metodenya simple random sampling dari 6.000 nomor handphone yang sudah dipilih secara acak, dan margin of error survei sebesar ± 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih