Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Terngiang Kata yang Meremehkan, William Tanuwijaya Pegang Teguh Petuah Soekarno

Masih Terngiang Kata yang Meremehkan, William Tanuwijaya Pegang Teguh Petuah Soekarno Kredit Foto: Instagram/William Tanuwijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO Tokopedia, William Tanuwijaya telah menjadi kekuatan yang tangguh dalam merger GoTo Group. Pria berusia 39 tahun ini memiliki seperempat dari kepemimpinan perusahaan yang menjadi perusahaan teknologi paling berharga di Indonesia.

Bisnisnya mungkin tidak akan pernah terwujud jika bukan karena tekadnya dalam menghadapi kritik. Tanuwijaya baru berusia awal 20-an ketika ia memulai misi untuk mendemokratisasi e-commerce dengan membuat situs web bagi jutaan pemilik usaha kecil di Indonesia untuk menjual barang-barang mereka secara online. Saat itu pertengahan 2000-an dan internet lepas landas di Indonesia.

Baca Juga: William Tanuwijaya Blak-Blakan Soal Tantangan GoTo ke Depan, Apa Itu?

“Kami tidak memiliki kisah sukses seperti Mark Zuckerberg atau Sergey Brin, Steve Jobs atau Jack Ma. Tidak ada cerita seperti itu tentang pengusaha dari Indonesia yang membangun perusahaan teknologi selama ini,” katanya kepada CNBC Make It yang dikutip di Jakarta, Jumat (11/6/21).

Terinspirasi oleh cerita mereka, William tahu diaharus meningkatkan investasi swasta untuk mewujudkan idenya. Tetapi sebagai anak muda Indonesia dari latar belakang pedesaan dan kehidupan yang sederhana, bahkan sulit, banyak yang ragu dengan William.

“Mereka bertanya tentang latar belakang pribadi saya… di universitas mana saya kuliah,” kata William mengingat percakapannya dengan investor.

“Saya bukan dari Ivy League. Saya selalu menganggap diri saya lulusan warnet,” ujarnya lagi mengenang saat-saat ia berkuliah di Binus Jakarta sambil bekerja shift malam di warnet untuk menghidupi keluarganya.

Kemudian mereka akan bertanya kepadanya tentang peluang pasar yang lebih luas.

“Mereka bertanya kepada saya, William, bisakah Anda menyebutkan satu orang yang sukses di Indonesia karena mereka membangun perusahaan teknologi atau bisnis internet?”

Meskipun merupakan rumah bagi populasi terbesar keempat di dunia dan kelas menengah yang berkembang pesat, investor tetap tidak yakin dengan potensi Indonesia.

“Ide kamu sangat sederhana,” kenang William mengingat perkataan mereka.

“Kamu ingin membangun Amazon-nya Indonesia atau Alibaba-nya Indonesia. Bagaimana ketika semua raksasa global ini datang ke pasar? Mereka memiliki teknologi, mereka memiliki modal, mereka memiliki pengetahuan, mereka memiliki sumber daya yang tidak kamu miliki. Bagaimana kamu bisa bersaing?" katanya lagi meniru perkataan investor.

Kemudian datanglah hari ketika dia bertemu dengan salah satu investor swasta yang mengubah hidupnya selamanya.

“Dia berkata: William, semua idola Anda adalah para pendiri Sillicon Valley. Mereka terlahir istimewa, sedangkan kamu tidak. Tolong berhenti berkhayal, temukanlah sesuatu yang lebih realistis untuk dilakukan.”

“Itulah hari ketika saya menemukan tujuan hidup saya karena saya menyadari alasan saya ingin membangun Tokopedia adalah untuk membangun kepercayaan di antara orang asing untuk dapat memulai bisnis di mana saja,” kata William.

William pun mengingat bagaimana pertuah Presiden Soekarno hingga menjadi mimpi orang Indonesia.

“Bapak pendiri kami, presiden pertama negara ini, pernah berkata … ‘Bermimpilah setinggi langit. Jika Anda jatuh, Anda jatuh di antara bintang-bintang.' Saya rasa itu indah dan itulah impian Indonesia,” katanya.

“Jadi saya memutuskan bahwa apa pun yang terjadi, saya akan mencoba membangun Tokopedia.”

Setelah meluncurkan Tokopedia pada tahun 2009, Tanuwijaya dan co-founder Leontinus Alpha Edison segera mendapatkan pendanaan awal dari perusahaan investasi Indonesia PT Indonusa Dwitama. Sejak itu, mereka telah menerima guyuran dana dari SoftBank, Sequoia Capital dan Alibaba Group.

Lebih dari satu dekade, di bawah GoTo Group, Tokopedia memiliki jaringan lebih dari 11 juta pedagang dan 100 juta pengguna aktif. Tahun lalu saja berkontribusi 1% terhadap produk domestik bruto Indonesia senilai USD1,1 triliun (Rp15.608 triliun).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: