Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pria dari 5.000 Tahun Lalu Rupanya Mati Akibat Wabah Tertua, Apa Buktinya?

Pria dari 5.000 Tahun Lalu Rupanya Mati Akibat Wabah Tertua, Apa Buktinya? Ilustrasi. | Kredit Foto: Ilustrasi Foto/Shutter Stock
Warta Ekonomi, London -

Seorang pria yang meninggal lebih dari 5.000 tahun silam di Latvia telah terinfeksi galur (strain) bakteri yang paling awal diketahui, menurut bukti-bukti baru.

Para ilmuwan mengidentifikasinya sebagai pesaing baru "patient zero" --yaitu sebutan bagi orang pertama yang terinfeksi-- dalam penyakit yang menyebabkan wabah 'Black Death'.

Baca Juga: Pakar Kesehatan Bicara Kemungkinan Flu Burung Langka China Berubah Jadi Wabah

Wabah itu melanda luas di Eropa pada tahun 1300-an yang menewaskan separuh penduduknya.

Gelombang selanjutnya terus menyerang secara teratur selama beberapa abad, yang menyebabkan jutaan orang mati.

"Hingga saat ini, ini adalah korban wabah tertua yang kami miliki," kata Dr Ben Krause-Kyora dari Universitas Kiel di Jerman tentang jasad berusia 5.300 tahun itu.

Pria itu dikubur bersama tiga orang lainnya di situs pemakaman Neolitik di tepi Sungai Salac, Latvia, yang mengalir ke Laut Baltik.

Para peneliti mengurutkan DNA dari tulang dan gigi keempat individu, dan mengujinya untuk mengetahui apakah ada bakteri dan virus.

_119138912_skull.png

Mereka terkejut menemukan seorang pemburu sekaligus pengumpul - pria berusia dua puluhan tahun - terinfeksi galur wabah kuno, yang disebabkan bakteri Yersinia pestis.

"Dia kemungkinan besar digigit oleh hewan pengerat, terpapar infeksi utama Yersinia pestis dan meninggal beberapa hari [kemudian] --mungkin sepekan kemudian-- karena syok septik," kata Dr Krause-Kyora.

Para peneliti menduga strain kuno itu muncul sekitar 7.000 tahun silam, ketika pertanian mulai muncul di Eropa tengah.

Mereka menduga bakteri mungkin telah melompat secara sporadis dari hewan ke manusia tanpa menyebabkan wabah besar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: