Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Butuh Duit untuk Bayar Utang, OJK Kasih Lampu Hijau ke Adi Sarana Buat Lakukan Ini

Butuh Duit untuk Bayar Utang, OJK Kasih Lampu Hijau ke Adi Sarana Buat Lakukan Ini Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan lampu hijau kepada PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) untuk melaksanakan Penambahan Modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Perseroan menyatakan bahwa OJK telah mengeluarkan pernyataan efektif atas rencana rights issue yang akan digelar pada 2 Juli 2021.

Dalam aksi tersebut, perseroan mengincar dana senilai Rp720 miliar. Dana tersebut pun akan digunakan untuk melakukan pembayaran utang perseroan kepada pihak perbankan.

ASSA diketahui menawarkan sebanyak 600 juta Obligasi Konversi, dengan harga konversi Rp1.200 per saham. Berdasarkan pospektus ringkas ASSA, Penawaran Umum Terbatas (PUT) sebanyak 600 juta Obligasi Konversi tersebut, setiap pemegang 453 Saham Lama yang namanya tercatat di Daftar Pemegang Saham (DPS) ASSA pada 14 Juni 2021 berhak memperoleh 80 HMETD.

Baca Juga: Ketika Sultan Borong Saham BCA, Habiskan Duit Rp90 Juta Lebih dalam Sehari

Adapun setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegang ASSA untuk membeli sebanyak satu unit Obligasi Konversi, dengan harga pelaksanaan sebesar Rp1.200 per satu unit Obligasi Konversi dan harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD.

Dengan demikian, jumlah dana yang akan diterima ASSA dalam PM-HMETD I ini adalah sebesar Rp720 miliar. Rencananya, sebesar 90,38 persen dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk pelunasan dan pembayaran atas sebagian pinjaman perbankan. Sedangkan, sebesar 7,01 persen untuk modal kerja ASSA dan sisanya untuk penyetoran modal kepada entitas anak, PT Adi Sarana Logistik.

Perlu diketahui, Obligasi Konversi dalam PM-HMETD I ini diterbitkan tanpa warkat (scripless). Adapun nilai nominal Saham Hasil Konversi adalah sebesar Rp100 per saham. Jumlah saham hasil konversi dari Obligasi Konversi tersebut sebanyak-banyaknya 600 juta lembar Saham Baru atau setara dengan 15,01 persen dari total saham setelah pelaksanaan konversi jika tidak terdapat perubahan pada harga konversi.

Baca Juga: Bank Mandiri Pinjamkan Duit US$350 Juta ke Anak Usaha Delta Dunia Makmur

Pelaksanaan konversi dari Obligasi Konversi menjadi saham ini akan dilakukan sejak tanggal emisi hingga sebelum tanggal jatuh tempo, yaitu dua tahun sejak tanggal emisi atau pada 25 Juni 2023. Jika Obligasi Konversi tidak dikonversikan selama masa konversi, maka obligasi itu menjadi jatuh tempo pada dua tahun sejak tanggal emisi, yaitu pada 25 Juni 2023.

Berdasarkan surat pernyataan tertanggal 21 April 2021, PT Adi Dinamika Investindo (ADI) selaku pemegang saham utama ASSA (25,08 persen) menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh haknya untuk membeli Obligasi Konversi yang ditawarkan dan akan mengalihkan 150.454.880 HMETD kepada IFC selaku pembeli siaga.

PT Daya Adicipta Mustika (DAM) yang memegang 19,17 persen saham ASSA juga tidak akan melaksanakan seluruh haknya dan akan mengalihkan 115.037.527 HMETD miliknya kepada IFC.

Baca Juga: Perusahaan Milik Luhut Pandjaitan Dapat Utang US$120 Juta, Dipakai Buat Lunasi Pinjaman

Pemegang saham ASSA lainnya adalah Prodjo Sunarjanto, Sekar Pantjawati, T Permadi Rachmat dan Erida juga telah menyatakan bahwa mereka tidak akan melaksanakan seluruh haknya untuk membeli Obligasi Konversi yang ditawarkan melalui PM-HMETD I.

"Kami bersyukur sekali memperoleh pernyataan efektif ini selain tentunya atas kepercayaan dari IFC yang akan menjadi pemegang saham ASSA,” kata Presiden Direktur ASSA, Prodjo Sunarjanto, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (6/7/2021).

Ia menuturkan bahwa pihaknya akan terus melanjutkan proses transformasi ke arah End-to-End Logistic berbasis teknologi sambil memperkuat pilar bisnis lainnya di bidang ekosistem mobilitas dan penjualan kendaraan bekas. “Dengan ekosistem yang saling terintegrasi ini, kami yakin akan mampu mengambil peluang pertumbuhan pesat di tengah model bisnis Sharing Economy berbasis digital yang menjadi tren di masa kini dan mendatang,"tutup Prodjo. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: