Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiba-Tiba Diselidiki Pemerintah China, Pendiri Taksi Online Ini Tak Lagi Jadi Miliarder Dunia

Tiba-Tiba Diselidiki Pemerintah China, Pendiri Taksi Online Ini Tak Lagi Jadi Miliarder Dunia CEO Apple Tim Cook dan Presiden DiDi Global Jean Qing Liu. | Kredit Foto: Weibo/Tim Cook
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden perusahaan transportasi China DiDi Global, Jean Qing Liu, tak lagi menjadi miliarder setelah harga saham perusahaan turun 27 persen. Penurunan terjadi setelah pengumuman Jumat bahwa regulator internet China meluncurkan penyelidikan ke perusahaan, dengan alasan risiko keamanan data.

Selama penyelidikan, DiDi telah dilarang mendaftarkan pengguna baru dan aplikasinya dilaporkan telah dihapus dari toko aplikasi.

Baca Juga: Seorang Agen Mata-Mata Dinas Rahasia China Tertangkap di Jerman

Dilansir dari Forbes di Jakarta, Rabu (7/7/21) DiDi mengatakan dalam siaran pers 4 Juli bahwa mereka akan berusaha untuk memperbaiki masalah apa pun, meningkatkan kesadaran pencegahan risiko dan kemampuan teknologinya, melindungi privasi pengguna dan keamanan data, serta terus memberikan layanan yang aman dan nyaman bagi pengguna.

Didi juga mencatat bahwa mereka memperkirakan penghapusan aplikasi akan berdampak negatif pada pendapatannya di China.

Berita penyelidikan ini datang hanya beberapa hari setelah IPO DiDi di Bursa Efek New York pada 30 Juni lalu. Kekayaan bersih Liu sempat melambung menjadi sekitar USD1,1 miliar (Rp15,9 triliun) dan kekayaan bersih CEO Will Wei Cheng menjadi sekitar USD4,4 miliar (Rp63,7 triliun), menurut Forbes.

Pada Selasa pagi, Liu yang memiliki sekitar 1,6% saham DiDi, sekarang 'hanya' bernilai USD920 juta (Rp13,3 triliun), dan Cheng tetap menjadi miliarder bernilai sekitar USD3,8 miliar (Rp55 triliun) berkat 6,5% sahamnya.

Liu, wanita berusia 43 tahun ini mendirikan layanan panggilan taksi dengan Cheng pada 2012 setelah meninggalkan pekerjaannya sebagai direktur pelaksana di Goldman Sachs. Dalam pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa, dia menulis bahwa ide itu menarik baginya karena dia memiliki tiga anak dan takut terdampar di suatu tempat di tengah hujan atau salju tanpa jalan pulang.

Saat ini, DiDi menjadi platform transportasi seluler terbesar di China yang memiliki lebih dari 493 juta pengguna aktif tahunan dan mendukung 41 juta transaksi harian rata-rata. Namun, perusahaan belum menghasilkan keuntungan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, ia memiliki pendapatan USD21,6 miliar (Rp313 triliun), tetapi kerugian bersih USD1,6 miliar (Rp23 triliun).

DiDi tidak sendirian di antara perusahaan teknologi yang ditargetkan oleh Cyberspace Administration of China. Full Truck Alliance, Co., dan Kanzuhn Ltd. juga diumumkan sebagai subjek penyelidikan minggu ini.

Padahal, keduanya telah menyelesaikan IPO Juni 2021 di New York Stock Exchange dan NASDAQ masing-masing. Hingga kini DiDi Global tidak menanggapi permintaan komentar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: