Apa Mungkin Jadi Tren Baru? Kali Ini Israel Singgung Hidup dengan Covid-19
Empat minggu lalu, Israel merayakan kembalinya kehidupan normal dalam pertempurannya melawan COVID-19. Setelah upaya vaksinasi cepat yang telah menurunkan infeksi dan kematian akibat virus corona, warga Israel telah berhenti memakai masker wajah dan mengabaikan semua aturan jarak sosial.
Kemudian muncul varian Delta yang lebih menular, dan lonjakan kasus yang memaksa Perdana Menteri Naftali Bennett untuk menerapkan kembali beberapa pembatasan COVID-19 dan memikirkan kembali strategi.
Baca Juga: Mahmoud Abbad Susun Daftar Kesalahan Israel untuk Dilayangkan ke Amerika
Di bawah apa yang dia sebut kebijakan "penindasan lunak", pemerintah ingin orang Israel belajar hidup dengan virus --yang melibatkan pembatasan sesedikit mungkin dan menghindari penguncian nasional keempat yang dapat membahayakan ekonomi lebih lanjut.
Karena sebagian besar orang Israel dalam kelompok berisiko sekarang telah divaksinasi terhadap COVID-19, Bennett mengandalkan lebih sedikit orang daripada sebelum jatuh sakit parah ketika infeksi meningkat.
"Menerapkan strategi akan memerlukan pengambilan risiko tertentu tetapi dalam pertimbangan keseluruhan, termasuk faktor ekonomi, ini adalah keseimbangan yang diperlukan," kata Bennett pekan lalu, dilansir Channel News Asia, Selasa (13/7/2021).
Indikator utama yang memandu langkah ini adalah jumlah kasus COVID-19 yang parah di rumah sakit, saat ini sekitar 45. Implementasi akan memerlukan pemantauan infeksi, mendorong vaksinasi, tes cepat, dan kampanye informasi tentang masker wajah.
Strategi tersebut telah menarik perbandingan dengan rencana pemerintah Inggris untuk membuka kembali ekonomi Inggris dari penguncian, meskipun Israel sedang dalam proses memulihkan beberapa pembatasan sementara London mencabut pembatasan.
Pembatasan yang telah dipulihkan termasuk wajib memakai masker wajah di dalam ruangan dan karantina untuk semua orang yang tiba di Israel.
Strategi Bennett, seperti yang dilakukan pemerintah Inggris, telah dipertanyakan oleh beberapa ilmuwan.
Kementerian Kesehatan Israel menganjurkan lebih banyak dorongan untuk membendung infeksi, Sharon Alroy-Preis, kepala kesehatan masyarakat di Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan kepada Kan Radio pada Minggu.
"Mungkin tidak akan ada peningkatan besar pada orang yang sakit parah, tetapi harga dari membuat kesalahan seperti itu adalah yang mengkhawatirkan kami," katanya.
Tetapi banyak ilmuwan lain yang mendukung.
"Saya sangat mendukung pendekatan Israel," kata Nadav Davidovitch, direktur sekolah kesehatan masyarakat di Universitas Ben Gurion Israel, menggambarkannya sebagai "jalan emas" antara pelonggaran pembatasan Inggris dan negara-negara seperti Australia yang mengambil garis yang lebih keras.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: